Kisah Bripka Tri Asih, Bhabinkamtibmas Perempuan di Bantul yang Sukses Budidayakan Nanas Bagong
Tak hanya mengemban tugas keamanan dan ketertiban masyarakat, namun di tengah tugas berat itu, Bripka Tri Asih, sebagai Bhabinkamtibmas
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Tugas Personel Kepolisian sebagai Bhabinkamtibmas yang ditempatkan di desa tidaklah mudah.
Tak hanya mengemban tugas keamanan dan ketertiban masyarakat, namun di tengah tugas berat itu, Bripka Tri Asih, sebagai Bhabinkamtibmas perempuan di Bantul yang bertugas di Kalurahan Murtigading, Sanden, bersemangat untuk bercocok tanam.
Sejak enam tahun silam, Bripka Asih memulai budidaya Nanas Bagong.
Hasilnya, sangat menggiurkan.
Nanas dengan ukuran jumbo itu mampu tumbuh subur di halaman depan rumahnya, di dusun Piring 1, RT 3, Kalurahan Murtigading.
Baca juga: Gejala Awal Covid-19 dan Tiga Gejala Baru Covid-19, Waspadalah
Baca juga: Disnakertrans DI Yogyakarta Tolak Sebanyak 10 Perusahaan yang Ajukan Penangguhan UMK 2021
Buah Nanas Bagong berbeda dibanding nanas pada umumnya.
"Dagingnya lebih tebal, rasanya manis, bau wangi, dan buahnya besar dengan berat mencapai 5 kilogram," kata dia, mengawali cerita saat ditemui di rumahnya disela-sela bertugas, Selasa (5/1/2021).
Benar saja, Nanas Bagong hasil budidaya Bripka Asih memang memiliki bentuk ukuran lebih besar dibanding buah nanas pada umumnya.
Ia bercerita, budidaya Nanas Bagong bermula dari enam tahun silam.
Ketika itu, sang Ibu pergi kondangan ke tempat keluarga di Sumatra.
Saat pulang, membawa oleh-oleh buah nanas dengan ukuran yang tidak biasa.
Setelah dimakan, tunas dari buah nanas tersebut lalu ditancapkan di pekarangan depan rumah.
Tak disangka, tunas buah nanas tersebut tumbuh subur dan berkembang dalam kurun waktu yang relatif cepat. Daunnya lebat bahkan disekeliling tanaman bermunculan anak pohon baru. Dari situ, lalu terus dikembangkan.
"Sekarang sudah ada 170 pohon. Kalau di tempat Kakak saya, sudah ada lebih dari seribu pohon," ucap Istri dari Aiptu Sugiyarto itu.
Mudah Perawatan
Ratusan tanaman nanas milik Bripka Asih tumbuh subur di halaman depan rumah.
Tanaman berjejer di dalam pot besar.
Daunnya hijau, dan sebagian di antaranya sudah berbuah kekuningan.
Ia mengungkapkan, budidaya Nanas Bagong sangat mudah.
Bahkan, tidak membutuhkan perawatan khusus.
Kuncinya, kata dia, hanya pada pupuk dan penyiraman.
Baca juga: Masuk Fase Erupsi Baru, BPPTKG Belum Naikkan Status Gunung Merapi Menjadi Awas
Baca juga: Kisah Jungkir Balik Pemilik Sapporo Ramen, Diklaim sebagai Kedai Ramen Pertama di Yogyakarta
"Sebenarnya tidak harus disiram setiap hari. Yang penting tanahnya diusahakan harus terus basah. Apalagi, kalau cuaca panas, dilihat, kalau kering disiram," tutur dia. Sementara untuk pupuk, Ia menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing.
Menurutnya, penggunaan pupuk kimia tetap dilakukan namun dengan volume sedikit.
Itupun disebar saat tanaman mulai memasuki masa berbunga.
"Dari mulai nanam, sampai berbunga dan siap panen, usianya sekitar 9-10 bulan," ucapnya.
Budidaya Nanas Bagong diakuinya sangat menjanjikan. Sebab, satu pohon bisa berbuah dengan berat 5 kilogram. Harga jualnya juga tinggi Rp 10 ribu/ kg.
Selain itu, perawatan tanaman juga mudah. Bahkan, satu tanaman yang sudah besar siap panen bisa beranak 7-8 tanaman kecil, sehingga cepat sekali berkembang.
"Tanaman ini juga tidak perlu pestisida karena tidak ada hama," terangnya.
Ia mendorong kepada masyarakat, terutama warga Murtigading agar memanfaatkan pekarangan rumah untuk lahan produktif.
Salah satunya dengan budidaya Nanas Bagong.
Selain dapat memenuhi kebutuhan buah keluarga, juga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan keluarga. (rif)