Ekonom UGM : Vaksinasi Covid-19 Baru Bisa Efektif Meningkatkan Ekonomi di Tahun 2022
Terkait hal tersebut, ekonom UGM Traheka Erdyas Bimanatya menyatakan sepakat bahwa vaksin adalah salah satu kunci pemulihan ekonomi di Indonesia.
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Vaksin Covid-19 diharapkan dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Pemerintah menargetkan ekonomi akan tumbuh di angka lima persen di tahun 2021.
Terkait hal tersebut, ekonom UGM Traheka Erdyas Bimanatya menyatakan sepakat bahwa vaksin adalah salah satu kunci pemulihan ekonomi di Indonesia.
Namun demikian, ia menilai bahwa target sebesar lima persen itu akan cukup berat untuk direalisasikan.
Baca juga: Sleman Dapat Jatah Vaksin Covid-19 Paling Banyak di DI Yogyakarta, Ini Penjelasannya
Baca juga: Pemprov Jawa Tengah Beli GeNose C19 untuk Digunakan di Fasilitas Kesehatan
"Angka lima persen itu adalah angka pertembuhan ekonomi Indonesia sampai 2019, sebelum adanya covid-19 atau dalam kondisi tidak ada pandemi. Tapi kalau saya melihat angka 5 persen itu cukup berat, optimisme terlalu tinggi" ujarnya Selasa (5/1/2021).
Ia mengakui bahwa program vaksinasi ini adalah langkah yang tepat.
Selama ini ekonomi tumbuh melambat karena masyarakat merasa tidak aman dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya.
Pandemi Covid-19 juga berdampak pada sektor industri dan sektor-sektor lainnya.
Namun demikian, dengan adanya vaksin ini tidak serta merta dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya beli masyarakat.
Hal itu dikarenakan proses vaksinasi di Indonesia membutuhkan waktu 15 bulan dan dilakukan dua kali suntik.
"Berarti 2022 baru selesai. Asumsikanlah orang sudah tidak takut dengan Covid-19 di 2022, berarti tahun depan orang baru bisa konsumsi seperti sedia kala. Di tahun ini pertumbuhan ekonomi di angka 2-3 persen itu sudah cukup bagus," paparnya.
Ia melihat, untuk saat ini masyarakat masih menahan konsumsi langsung.
Semakin jarang untuk ke luar rumah untuk berbelanja dan lebih memilih untuk belanja online.
"Secara rata-rata tingkat konsumsi saat Covid-19 turun. Ini karena orang merasa tidak aman konsumsi di luar. Masyarakat menurunkan konsumsi dan menaikan tabungannya," ujarnya.
Terlebih selama pandemi ini cukup banyak orang yang mengalami PHK.