Bagaimana Agar Sampah Tidak Berakhir ke TPST Piyungan? Lakukan Langkah Ini
Salah satu hal yang sebenarnya sederhana, yang bisa kita lakukan dan dimulai dari diri kita sendiri adalah memilah sampah.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan telah penuh, hal ini membuat beberapa waktu lalu akses masuk truk sampah ke lokasi tersebut ditutup.
Hal ini bukanlah kabar baru, karena sebelumnya memang beberapa kali masalah sampah di TPST Piyungan membuat sampah yang ada di seantero DI Yogyakarta menjadi menumpuk dan jadi permasalahan serius.
Mulai dari alat berat yang rusak di lokasi TPST Piyungan, sehingga gunungan sampah menjadi susah tertangani hingga konflik sosial warga sekitar yang harus merasakan beban berat dan hidup berdampingan dengan lautan sampah di dekat rumah mereka.

Sampah yang tak tertangani memang bisa menjadi bencana, namun ada cara yang bisa dilakukan masing-masing rumah untuk melakukan manajemen sampah.
Seperti yang kita tahu, sampah yang ada di TPST Piyungan atau tempat pembuangan akhir lainnya, hulunya adalah di masing-masing rumah.

Ketika setiap rumah mampu menangani sampah rumah tangga mereka dengan baik dan benar, maka permasalahan semacam ini tidak akan muncul di kemudian hari.
Karena seberapa luasnya lahan yang disediakan untuk menampung sampah, bila perilaku kita tidak berubah, maka bencana sampah ini tidak akan pernah berakhir.
Baca juga: Telkomsel Lakukan Optimalisasi Tambahan Frekuensi 2,3 GHz Sesuai Arahan Kemkominfo RI
Baca juga: Jadwal Timnas U-19 Indonesia vs Gimnastic Tarragona, Laga Uji Coba Pertama Skuat Garuda di Spanyol
Salah satu hal yang sebenarnya sederhana, yang bisa kita lakukan dan dimulai dari diri kita sendiri adalah memilah sampah.
Buatlah wadah, kantong plastik besar, kardus, karung, atau apapun untuk setiap jenis sampah yang harus dipilah.
Contoh, pisahkan sampah plastik kemasan di wadah tersendiri, begitu pun wadah botol plastik, karton susu, kardus nasi, botol kaca, bahkan minyak sisa atau minya jelantah.
Setelah terkumpul cukup banyak, atau dirasa tempat di rumah kalian tidak cukup untuk menampungnya, maka serahkan sampah yang telah terpilah tersebut ke Bank Sampah terdekat maupun melalui aplikasi penjemputan sampah yang ada di daerah masing-masing, bila tinggal di DI Yogyakarta kalian bisa menggunakan rapel.id.

Lalu, hal yang sama juga diterapkan untuk sampah organik, atau sampah sisa sayur, buah, maupun makanan yang intinya sampah yang bisa membusuk, ke wadah tersendiri.
Selanjutnya, kumpulan sampah organik ini bisa kita gunakan untuk penyubur tanaman dengan terlebih dahulu mengolahnya yakni kita jadikan kompos.
Membuat kompos tidaklah rumit, bahkan tidak ada alat khusus berharga mahal untuk bisa menjadikan sampah organik dapur kita menjadi kompos.
Niat dan kemauanlah yang menjadi harga termahal dalam mengolah kompos ini.
Baca juga: Tujuh Kapanewon di Sleman Masih Jadi Zona Merah Penularan Covid-19, Berikut Daftarnya
Baca juga: Shalat Dhuha Punya Banyak Manfaat Kesehatan, Mulai dari Menangkal Stress hingga Diabetes
Dikutip dari tribun-timur.com terkait cara pembuatan kompos, Tribun Jogja merangkumnya seperti yang bisa kalian simak berikut ini.
Peralatan yang digunakan cukup sederhana yakni bisa menggunakan ember, keranjang, gentong, batako, atau tempat khusus untuk kompos yang bisa kalian beli di toko pertanian maupun di market place.
Bahan yang digunakan yakni sampah organik, sekam, dan dekomposer atau starter berupa EM4 yang bisa didapatkan di toko pertanian maupun market place.
Cara mengolah kompos bisa dilihat urutannya sebagai berikut:
- Letakkan keranjang dengan lubang kecil di area teduh dan tidak terkena hujan
- Beri penyangga pada bagian bawah agar aliran udara lancar
- Letakkan sekam di dasar keranjang. Sekam berfungsi menyerap air berlebih dan mengontrol bau yang ditimbulkan oleh sampah yang membusuk nantinya
- Letakkan kardus bekas di atas sekam untuk menampung sampah organik
- Tempatkan sampah organik yang sudah dipilah ke dalam keranjang
- Sampah organik yang berukuran besar, sebaiknya dipotong kecil-kecil. Semakin kecil potongannya, semakin baik untuk cara membuat pupuk kompos ini.
- Campurkan sampah tadi dengan starter hingga merata. Pada tahap ini, starter akan mulai mengurai sampah. Apabila adonan pupuk kompos terlalu basah, tambahkan sekam atau serbuk kayu.
Baca juga: BPPTKG : Aktivitas Terus Meningkat, Penggembungan Tubuh Gunung Merapi Capai 21 Sentimeter per Hari
Baca juga: Walhi DIY : Perlu Segera Kebijakan Pembatasan Penggunaan Kantung Plastik di Yogya
Selanjutnya kalian bisa menambahkan sisa sampah organik di dapur tiap harinya ke wadah kompos hingga dirasa penuh.
Sesekali kompos harus diaduk untuk memastikan semua bagian akan diurai oleh mikroorganisme di dalamnya.
Kompos yang baik, saat proses pembuatannya, akan mengeluarkan suhu yang hangat bahkan cenderung tinggi.
Bila tidak ada tanda-tanda tersebut, tambahkan sedikit air dan mengaduk adonan kompos untuk memicu kerja mikroorganisme.
Lebih baik bila ditambah sampah organik yang masih dalam keadaan basah sehingga memastikan kadar air cukup di dalam adonan kompos.
Cara membuat pupuk kompos ini berlangsung selama satu hingga dua bulan, dengan tetap diaduk sesekali.
Kompos yang siap untuk dipanen berwarna cokelat kehitaman dan tidak berbau maupun sudah tidak ada hewan kecil yang mengurai sampah di wadah.

Bila menginginkan kompos dalam keadaan lembut dan butiran lebih kecil, kalian bisa mengayaknya terlebih dahulu sebelum diaplikasikan ke tanaman.
Kompos buatan sendiri ini tidak boleh menjadi pengganti tanah seutuhnya untuk tanaman kita, melainkan kita cukup mengambil sepertiga bagian untuk menyuburkan tanaman.
Sisa pupuk kompos lain bisa digunakan untuk starter pembuatan kompos berikutnya sebagai pengganti EM4.
Bagaiamana, ternyata cukup mudah dan tidak sesulit yang dibayangkan kan? Selamat mencoba! (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul TPST Piyungan Penuh, Yuk Belajar Kelola Sampah Rumah Tangga, Bisa Buat Kompos Mudah Seperti Ini