Malam Tahun Baru

Terdampak Isu Lockdown Malioboro dan PSBB, Okupansi Hotel di Yogyakarta Tersisa 8 Persen

Tingkat okupansi perhotelan di Yogyakarta mengalami penurunan drastis pada libur tahun baru, hingga tersisa 8 persen saja.

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Tingkat okupansi perhotelan di Yogyakarta mengalami penurunan drastis pada libur tahun baru, hingga tersisa 8 persen saja.

Munculnya kabar penutupan kawasan Malioboro, sampai PSBB, disebut memberikan pengaruh yang sangat signifikan.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Resotoran (PHRI) DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan, sebelumnya bahkan rata-rata okupansi di Yogyakarta hanya sekira 3 persen saja, sampai akhirnya kembali naik menjadi 8 persen.

Namun, tingkat pembatalan tetap tinggi.

Baca juga: DPRD DIY Sesalkan Kebijakan Pemkot Yogyakarta yang Tak Menutup Pusat Keramaian, Ini Konsekuensinya

Baca juga: AS Jual Paket Bom Cerdas ke Arab Saudi dengan Nilai Sebesar Ini

"Memang ada peningkatan pembatalan. Sekitar 35 persen yang cancel dan tinggal tersisa 8 persen itu. Mengapa? Karena ada berita PSBB, kemudian lockdown Malioboro," ujarnya, Kamis (31/12/2020).

"Namun, Alhamdulillah, kemarin Pak Wali Kota (Yogyakarta, Haryadi Suyuti) sudah menyampaikan kalau (Malioboro) saat malam tahun baru hanya buka tutup dan itu terjadi setiap tahun ya," tambah Deddy.

Dengan minimnya angka kunjungan wisatawan luar daerah, pihaknya berharap pada turis lokal supaya bisa berwisata serta bermalam di hotel selama masa pergantian tahun ini.

Sehingga, jelang penghujung 2020, okupansi bisa sedikit mengalami peningkatan.

Baca juga: Kabar Laliga, Luis Suarez Samai Rekor Gol Radamel Falcao Bersama Atletico Madrid

Baca juga: Suporter Liverpool dan Everton Tak Lagi Bisa Nonton Langsung di Stadion

"Harapan kami peningkatannya dari wisatawan lokal, atau Jawa Tengah, karena kalau luar daerah itu jangka waktunya tinggal sedikit," jelasnya.

Deddy menyampaikan, berbagai upaya pun sejatinya sudah ditempuh oleh hotel-hotel anggota PHRI guna meningkatkan tingkat okupansi.

Selain menempuh verifikasi protokol kesehatan dan sertifikasi CHSE, diterapkan pula beragam promo, maupun diskon.

"Kita ada promo staycation, harga kamar didiskon lebih dari 50 persen. Tapi, walaupun sudah diturunkan harganya, masih belum signifikan kenaikannya, belum bisa memberi oksigen bagi kita," katanya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved