Guru Besar UGM Masuk 10 Tokoh Berpengaruh Dunia, Dapat Julukan Sebagai Komandan Nyamuk
"Mosquito Commander" atau "Komandan Nyamuk". Begitulah Nature menjuluki Prof Adi Utarini dalam artikel yang dirilis pada 15 Desember 2020 itu
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Ikrob Didik Irawan
"Teknologi nyamuk ber-Wolbachia ini sudah dilakukan di beberapa negara seperti Australia, Vietnam, dan Brazil. Tetapi yang di Yogyakarta ini adalah penelitian pertama dalam skala sebesar ini untuk membuktikan bahwa teknologi ini memang bekerja dan menghasilkan penurunan," terangnya.
"Kami melakukan penelitian yang membuktikan itu dalam skala sebesar ini dan metodologi RCT di bidang kesehatan itu memang yang pertama. Yang kemudian kami menguatkan bukti-bukti dan hasil-hasil penelitian yang diperoleh di negara-negara lain," sambungnya.
Uut menyampaikan, dirinya memaknai apresiasi yang diberikan Nature sebagai pesan bahwa penelitian harus bisa diterapkan untuk kepentingan masyarakat luas.
"Setiap kali ditemukan teknologi baru merupakan suatu hal yang berharga, namun bagaimana kita bisa menerapkan penelitian itu untuk kepentingan masyarakat luas itu saya kira salah satu pesan yang ingin disampaikan oleh Nature," ucapnya.
"Ibaratnya untuk peneliti itu kita harus membuat masyarakat tertarik, pemerintah tertarik, dan proses itu sendiri sangat penting untuk kami bisa sampai di sini," sambung Uut yang juga seorang pianis andal.
Saat ini, WMP Yogyakarta sejak September sudah menyebarkan nyamuk di wilayah kontrol di Kota Yogyakarta yang sebelumnya belum disebarkan nyamuk ber-Wolbachia.
Selanjutnya, direncanakan pada 2021-2022 timnya akan melakukan pelepasan nyamuk di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
"Konteksnya bukan riset lagi, tapi lebih ke mengajak masyarakat dan Pemda untuk menerapkan teknologinya," tandas Uut. (uti)