Sebanyak 11,3 Persen Anak di Kota Yogyakarta Mengalami Stunting

Di tengah situasi pandemi Covid-19, yang dimungkinkan berdampak pada kurangnya perhatian terhadap gizi anak dan balita, angkanya dikhawatirkan

Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
Berita Kota Yogya 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus stunting masih ditemukan di Kota Yogyakarta dengan prosentase yang cukup tinggi.

Di tengah situasi pandemi Covid-19, yang dimungkinkan berdampak pada kurangnya perhatian terhadap gizi anak dan balita, angkanya dikhawatirkan meningkat.

Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan, berdasar data Dinas Kesehatan di sepanjang tahun 2019 lalu, angka stunting berada di sekitaran 11,3 persen, dari jumlah anak di Kota Pelajar.

Baca juga: Pertashop Hadir untuk Mengisi Kecamatan yang Tidak Ada SPBU

Baca juga: UPDATE Covid-19 DI Yogyakarta : Tambahan 191 Kasus Baru, Sebagian Besar Kontak Keluarga

Walau begitu, angka tersebut masih lebih baik dari presentase nasional.

"Jauh lebih baik. Jumlah balita stunting nasional berada di angka 27,7 persen. Tetapi, yang namanya stunting kan harusnya tidak ada," tegasnya, selepas Kick Off Program 1.000 Pelangi Goes to Community CSR Penanggulangan Stunting di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (10/12/2020).

Heroe menandaskan, pandemi Covid-19 turut menggerus perkonomian masyarakat.

Ketika unit-unit usaha mengalami perlalambatan, otomatis tingkat pendapatan warga harus berkurang. Dampaknya, kesejahteraan masyarakat kini terancam dan berimbas pada si anak.

Menurutnya, hal tersebut harus bisa diantisipasi, jangan sampai terjadi penurunan tingkat kesehatan terhadap ibu hamil, baduta dan balita di wilayahnya.

Baca juga: Unggul Rekapitulasi Suara Sementara Pilkada Sleman, Kustini Siap Realisasikan Janji Kampanye

Baca juga: Musim Penghujan, DPKP DIY Minta Peternak Waspadai Penyakit Hewan

"Memang, itu menjadi salah satu kekhawatiran. Kita tidak ingin stunting meningkat karena pandemi. Sudah kewajiban kita ya, meski angka stunting rendah, di bawah rata-rata nasional. Namun, selama masih ada stunting, itu tetap menjadi problem kita," tandas Heroe.

Upaya pencegahan pun terus dilakukan, dengan perbaikan asupan gizi remaja putri, perbaikan kesehatan lingkungan ibu hamil dan balita, serta perbaikan gizi ibu hamil dan balita.

Khususnya, pada 1.000 hari pertama kehidupan yang merupakan periode emas dan kritis.

"Jangan sampai asupan gizi yang harus dipenuhi untuk melahirkan anak sehat itu telambat, hanya karena kita tidak tahu titik-titik kritis atau periode emas yang harus diberikan perhatian khusus," pungkasnya. (aka)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved