ADVERTORIAL
Paniradya Kaistimewan DI Yogyakarta Mulai Menata 33 Desa Pinggir Pantai
Selain merampungkan penataan 130 kilometer kawasan pantai, Paniradya Kaistimewan DIY juga menargetkan penataan 33 desa di pinggir pantai.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
Masih kata Aris, dari tahun ke tahun Paniradya Kaistimewan selalu berproses untuk memaksimalkan pembangunan.
Untuk tahun 2021 mendatang, Aris menegaskan konsentrasi pembangunan terpusat ke wilayah Selatan.
Satu di antaranya pembuatan master plan pelabuhan Gesing yang kini sudah hampir selesai, termasuk kemudian di tahun 2021 terdapat penganggaran berkaitan dengan Detail Engineering Desaign (DED).
“Tahun 2020 ke 2021 kami betul-betul konsentrasi ke pantai selatan. Salah satunya master plan Gesing kami selesaikan di tahun ini, termasuk kemudian tahun 2021 ada penganggaran berkaitan dengan DED berkaitan lahan di sana, sekarang sedang proses sosialisasi dari teman-teman di perikanan dan kelautan,” tegas Aris.
Baca juga: Hanya Diberi Waktu 3 Bulan, Pelaksana Revitalisasi Kawasan Tugu Tetap Kedepankan Estetika
Sementara itu dari total 33 desa yang berada di pinggir pantai yang kini sedang dikembangkan, Aris menegaskan di tahun 2021 mendatang sudah memasuki uji coba pengembangan desa tersebut.
Tiga wilayah tersebut diharapkan mampu menjadi desa percontohan.
“Sampai tahun 2021 yang dikonsepkan untuk bagian uji coba awal adalah tiga desa, yaitu Desa Tileng di Gunungkidul, Gadingsari di Bantul, dan satu lagi Desa Bugel di Kulon Progo,” ujarnya.
Ia mencontohkan, Desa Gadingsari, Sanden, Bantul terdapat kelompok pemburu penyu.
Setelah menjadi desa percontohan, kelompok pemburu penyu tersebut kini sudah mulai mengarah pada konservasi.
“Harapannya tentu itu didukung penuh oleh pemerintah. Bahkan kami sudah mendengar beberapa kelompok masyarakat tersebut ketika dulunya mereka menjadikan telur barang yang tidak bisa dijual, justru sekarang bisa meningkatkan perekonomian,” urainya.
Pemanfaatan pembangunan Kaistimewan selama ini, lanjut Aris, selalu mengacu pada sumbu imajiner dan sumbu filosofi.
Untuk pengembangan sumbu filosofi, ia menegaskan alokasinya mulai dari panggung Krapyak hingga ke Tugu Pal putih.
“Tapi kalau ketika bicara garis imajiner itu dari pantai Selatan sampai dengan Gunung Merapi. Ini yang menjadi bagian. Beberapa pertanyaan disampaikan pada kami, kalau begitu apakah sebuah desa atau wilayah harus masuk ke garis imajiner dan sumbu filosofi? Kami sampaikan, untuk mendukung tidak harus masuk,” ungkap Aris.
Baca juga: Jadi Destinasi Wisata Baru, Pedestrian Jalan Jenderal Sudirman Bakal Bersih dari PKL dan Parkir
Targetkan Jalur Prambanan-Gayamharjo-Tawangalang Selesai 2023
Sementara Kepala Bidang Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan, Pertanahan dan Tata Ruang Paniradya Kaistimewan DIY, Kusno Wibowo menambahkan, selama ini masyarakat DIY belum seluruhnya memahami pemanfaatan Danais yang dalam tahun 2020 ini mencapai sekitar Rp1,32 triliun.