Warga Sumbermulyo Bantul Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar Minyak (BBM)
Namun, bagi warga padukuhan Siten dan Plumbungan, Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, sampah plastik justru bisa mendatangkan nilai
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Bahan bakar tersebut, kata dia, sudah pernah diujicoba ke mesin diesel maupun sepeda motor dan berhasil.
Namun bagi warga setempat, bahan bakar minyak tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk menghidupkan kompor bersumbu, sebagai alternatif pengganti kompor gas.
Syamsiro menjelaskan, semua sampah plastik hampir semuanya bisa diolah. Mulai dari jenis polyEthylene seperti botol air mineral, maupun polypropylene seperti kemasan shampo, sabun, mainan anak-anak hingga polystyrene atau styarofoam.
Tiga jenis plastik tersebut menurutnya penyumbang 80 persen dari seluruh sampah plastik yang ada di Indonesia.
"Artinya sampah plastik tiga janis itu yang paling dominan," ucapnya.
Ketua Bank Sampah Gerbang Pilah (gerakan pembangunan peduli lingkungan hidup), dusun Siten, Suratno mengaku senang dengan adanya mesin konversi tersebut.
Sebab, dapat mengurangi residu sampah plastik yang tidak laku dijual. Menurutnya, dalam sehari ada sekitar 500 kilogram sampah yang masuk ke bank sampah.
Dari jumlah tersebut setelah dipilah ada 50 kilogram sampah plastik yang tidak laku terjual.
Sampah plastik yang tidak laku itu dikumpulkan dan biasanya akan dibawa ke TPST Piyungan.
"Satu kali angkut ke Piyungan Rp 400 ribu/truk. Sebulan bisa 2-3 kali angkut," kata dia.
Hal itu berbeda dengan adanya mesin konversi. Suratno mengaku dapat berhemat Rp 1,2 juta.
Sebab, sampah plastik yang seharusnya dibuang ke TPST Piyungan ternyata dapat diolah mandiri.
Bahkan, dapat menghasilkan nilai ekonomis berupa BBM.
"Jadi, ini sangat membantu sekali," ucapnya.
Perlu Dikembangkan