UNIK, Warga Gunungkidul Berhasil Jadikan Limbah Kayu sebagai Media Lukis Bernilai Ekonomis
"Lukisan saya jual dengan harga mulai Rp 500 ribu sampai Rp 1,2 juta. Sebulan omzetnya sampai Rp 5 juta," kata pria yang berlatar belakang
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Pandemi COVID-19 yang menerpa selama 2020 ini membuat orang harus memutar otak lebih keras.
Pasalnya, kehidupan ekonomi bisa terhantam jika tidak mencoba berinovasi dan berkreasi.
Florentinus Sarjono (40) adalah satu dari sekian warga yang berupaya keras bertahan secara ekonomi.
Ia pun mengandalkan bakatnya di bidang seni lukis.
Namun, daya tarik karyanya bukan hanya dari goresan cat, melainkan media yang digunakan.
Ia memanfaatkan limbah kayu produksi perabotan sebagai media lukis.
Baca juga: GIPI DIY : Kesiapan Prokes Industri Wisata Yogyakarta Pada Libur Akhir Tahun Capai 90 Persen
Baca juga: Bertemu Bupati Magelang, Bagus Kahfi Minta Restu Berangkat ke Utrecht Belanda
"Saya ingin mencoba hal yang baru dan berbeda, sesuai saran dari rekan sesama seniman," kata Sarjono beberapa waktu lalu.
Ia memilih kayu bukan tanpa alasan.
Menurutnya, kayu dan batu identik dengan potensi alam Kabupaten Gunungkidul.
Banyak perajin kayu dan batu yang berasal dari kabupaten ini.
Namun, ide yang didapatnya tak bisa langsung jadi.
Berkali-kali ia gagal mendapatkan lukisan yang sesuai harapan dengan limbah kayu tersebut.
Pasalnya, cat air yang digunakan berubah warna setelah beberapa waktu.
"Saya coba terus sembari mencari tahu lewat internet. Setelah tahu tekniknya, akhirnya ada cara yang tepat untuk melukis di media kayu tersebut," tutur warga Kalurahan Pulutan, Wonosari ini.
Keberhasilannya itu lantas diikuti dengan kemujuran.
Karya pertama yang berhasil dibuat diminati oleh seseorang.
Ia pun melepas lukisan tersebut dengan harga Rp 300 ribu.
Memanfaatkan media sosial, ia pun lantas mencoba mempromosikan karyanya secara luas.
Para pemesan pun secara otomatis ikut membantu mengenalkan karya uniknya tersebut.
Kini, pesanan warga atas karyanya terus berdatangan.
Sarjono mengaku sudah membuatkan puluhan lukisan.
Belum lagi dengan antrean pesanan lain yang menyusul.
"Lukisan saya jual dengan harga mulai Rp 500 ribu sampai Rp 1,2 juta. Sebulan omzetnya sampai Rp 5 juta," kata pria yang berlatar belakang juru masak, selain pelukis ini.
Sarjono menegaskan tak ingin mematok harga tinggi untuk karyanya.
Sebab yang terpenting baginya adalah kepuasan batin karena sudah bisa menyalurkan bakatnya tersebut.
Ia mengungkapkan pernah ada seorang pemesan yang tak memiliki cukup uang.
Baca juga: Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Sleman Ungkapkan Optimisme di Pilkada 2020
Baca juga: KPU Kota Magelang Melayani Pemilih di 12 Rumah Sakit dan Pasien Covid-19
Tanpa ambil pusing, lukisan pun tetap diselesaikan sesuai permintaan dan beras pun diterima sebagai pembayarannya.
"Kalau lihat orang lain senang dengan karya yang saya buat, rasanya sudah puas," ujar Sarjono.
Selain melukis, pria plontos ini juga disibukkan dengan usaha kuliner yang tengah dijalankan.
Warung ini pun tetap mampu berjalan stabil walau situasi saat ini masih tak menentu.
Sarjono berharap kreasi dan inovasi yang dilakukan tetap mampu bertahan, mengingat keunikannya tersebut.
Ia juga ingin mengenalkan Gunungkidul lewat karyanya tersebut.
"Seniman Gunungkidul memiliki ciri khas tersendiri, dan saya ingin mengangkat potensi itu," katanya. (alx)