Museum Sandi Beradaptasi di Tengah Pandemi, Pengunjung Mulai Berdatangan
Kurator Museum Sandi, Asnan Arifin mengatakan, adanya pandemi membuat pengelola harus menyesuaikan aturan dengan anjuran pemerintah.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Museum Sandi yang terletak di jalan Faridan M Noto, Kotabaru, Kota Yogyakarta mulai didatangi pengunjung setelah hampir enam bulan vakum menerima tamu akibat pandemi.
Bangunan dua lantai yang bergaya khas kolonial masih terlihat kokoh dan terawat.
Namun, ada beberapa bagian di gedung yang ditambahkan untuk penerapan protokol kesehatan.
Pada halaman depan, akan tersedia dua unit fasilitas cuci tangan.
Kemudian, lantai gedung pun dihiasi gambar tapak kaki dan persegi sebagai simbol pengaturan jarak antar pengunjung.
Baca juga: Keluarga Memiliki Arti Besar bagi Dokter Muchammad Nur Aziz, Terutama Sosok Ibu
Baca juga: UPDATE Covid-19 Gunungkidul : Kapasitas RS Rujukan Penuh, RS Swasta Disiapkan
Kurator Museum Sandi, Asnan Arifin mengatakan, adanya pandemi membuat pengelola harus menyesuaikan aturan dengan anjuran pemerintah.
"Sejauh ini, fasilitas penunjang prokes sudah dilengkapi. Mulai dari mencuci tangan, pengecekan suhu tubuh, hingga penggunaan masker. Bahkan, kami juga menyediakan reservasi digital agar tidak terjadi kerumunan," jelasnya kepada Tribun Jogja, pada Kamis (26/11/2020).
Terdapat sembilan ruang pamer yang terdiri dari enam ruang pamer di lantai satu dan tiga ruang pamer di lantai dua.
Setiap ruang pamer sudah diberi pengaturan jarak yang ditandai dengan simbol persegi di lantainya.
Dalam satu ruang pamer maksimal menampung lima orang saja.
"Kami sediakan pemandu yang berfungsi untuk mengatur alur masuk pengunjung. Setiap satu orang pemandu akan membawa 5 orang saja," tuturnya.
Di dalam gedung, pengunjung dapat mengetahui metode persandian yang pernah digunakan berbagai bangsa lintas abad.
Semua koleksi di museum akan menceritakan sejarah mulai dari bangsa Sumeria, Yunani, hingga Indonesia.
Tak hanya itu, benda-benda antik seperti mesin ketik hingga patung manusia setengah dada yang bagian kepalanya ditato untuk sandi rahasia bertuliskan 'Attack On July'.
Metode ini, digunakan Kaisar Persia untuk mengirimkan pesan rahasia.
Baca juga: Menyantap Kuliner Bebek Keplak di Bantul, Empuk dan Kaya Cita Rasa Bumbu Desa Non-MSG
Baca juga: Program Paslon ORI Atasi Masalah Pembelajaran Siswa dan Sektor Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19
Sejarah persandian di Indonesia pun juga turut diceritakan melalui diorama replika rumah yang berada di Dusun Dukuh Kulonprogo yang menjadi saksi jalannya misi persandian Indonesia pada masa Agresi Militer Belanda Kedua.
Sekarang, untuk beradaptasi pada kondisi pandemi, Museum Sandi juga menyediakan show digital melalui kanal resminya.
Sehingga, pengunjung tetap dapat menikmati suasana museum tanpa harus datng langsung.
"Rencananya, ke depan virtual show akan diimplementasikan melalui aplikasi khusus sehingga pengunjung hanya perlu mengunduhnya dan dapat menikmati seluruh rangkaian kegiatan dan materinya pun sudah ada penjelasannya. Kemungkinan Desember 2020 akan diluncurkan. Dan, tentunya gratis tidak berbayar," pungkasnya. (ndg)