Berita Gunungkidul
Unik, Sisi Lain Bejiharjo, Ribuan Warganya Berprofesi Sebagai Pedagang Bakso
Sisi Lain Bejiharjo, Ribuan Warganya Berprofesi Sebagai Pedagang Bakso
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Yudha Kristiawan
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Kalurahan Bejiharjo di Kapanewon Karangmojo, Gunungkidul kerap diidentikkan dengan Wisata Gua Pindul yang tersohor. Namun, ada sisi lain dari desa wisata ini yang menarik untuk dikulik.
Rupanya, ada begitu banyak warga di kalurahan ini yang berprofesi sebagai pedagang dan pembuat bakso. Hal itu pun dibenarkan oleh Lurah Bejiharjo, Yanto.
"Saya tidak tahu berapa jumlah persisnya, tapi yang pasti banyak," ungkap Yanto melalui pesan singkat, Kamis (19/11/2020).
Beberapa waktu lalu, Tribun Jogja berkesempatan bertemu dengan Supanto (63). Salah satu pengurus Paguyuban Bakso Bejiharjo pun menceritakan bagaimana awal kisah keunikan tersebut.
Menurutnya, ada sejumlah warga yang menjadi pionir dari usaha bakso. Salah satunya berawal dari almarhum Tris Tukiran di era 1940-an, yang mana saat itu ia masih bekerja di Yogyakarta.
"Tukiran yang asli Bejiharjo dulu bekerja di bidang pengolahan daging, salah satunya pembuatan bakso itu," tutur Supanto ditemui di kediamannya.
Baca juga: Update Gunung Merapi, Terdengar 5 Kali Suara Guguran Dari Pos PGM Babadan, Ini Penjelasan BPPTKG
Baca juga: Keren, 250 Ribu Masker Medis Dibagikan GP Ansor dan Aice Group Untuk Hadapi Pandemi dan Siaga Merapi
Baca juga: Sebuah Helikopter Disiapkan BNPB Untuk Bantu Aktivitas Pemantauan Erupsi Merapi, Ini Alasannya
Lantaran sudah mendapat cukup ilmu, Tukiran lantas memutuskan keluar dan memulai usaha bakso sendiri di kampung halamannya. Langkah tersebut kemudian diikuti warga lain.
Beberapa dekade kemudian, jumlah pengusaha bakso asal Bejiharjo bertambah kian banyak hingga ribuan sampai saat ini. Kebanyakan di antaranya merantau hingga ke pulau seberang.
Terkuaknya warga Bejiharjo yang merantau sebagai pedagang bakso itu pun cukup menarik. Supanto menuturkan, pernah ada pertemuan skala nasional berkaitan dengan wirausaha bidang pangan.
"Ternyata peserta yang hadir banyak berasal dari Gunungkidul, dan semuanya berprofesi sebagai pedagang bakso," ungkapnya sembari terkekeh.
Kepiawaian warga Bejiharjo dalam membuat bakso pun menarik perhatian pemerintah pusat. Wilayah ini dijadikan sasaran program Global Gotong Royong (G2R) Tetrapreneur, untuk pengembangan produk bakso.
Salah satu produk yang saat ini tengah dikembangkan adalah bakso goreng (basreng). Penganan ini dikonsep dengan pembuatan, pengemasan dan penjualan secara modern.
Supanto menuturkan, berdagang bakso bagi warga Bejiharjo bukan sekadar mata pencaharian. Tapi juga untuk membangun kampung halaman mereka agar lebih berkembang dan maju.
"Hasil penjualan disisihkan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan, pos ronda, rumah ibadah, dan sebagainya," kata Manajer Budaya G2R Tetrapreneur Bejiharjo ini.
Ia pun berkeyakinan usaha bakso yang sudah dirintis akan tahan terhadap terpaan krisis. Sebab terbukti saat krisis moneter 1998, ia mengklaim penjualan bakso nyaris tak berpengaruh.
Itu sebabnya, ia berharap usaha bakso warga Bejiharjo ini bisa diteruskan ke generasi berikutnya. Sebab usaha ini seakan sudah menjadi ikon dari desa wisata tersebut.
"Kalau bisa usaha dan pemasarannya bisa menembus hingga mancanegara," kata Supanto.