Update Siaga Merapi

Update Gunung Merapi, Terdengar 5 Kali Suara Guguran Dari Pos PGM Babadan, Ini Penjelasan BPPTKG

BPPTKG melaporkan terdengar 5 kali suara guguran dari pos Babadan dalam kurun waktu 00.00-18.00 WIB, Kamis (19/11/2020)

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Yudha Kristiawan
twitter BPPTKG
Ilustrasi : Kondisi Gunung Merapi pada Rabu 18 November 2020 pukul 06.00 WIB dipantau dari Via PGM Selo. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pada Kamis (19/11/2020) melaporkan terdengar 5 kali suara guguran dari pos pengamatan Gunung Merapi (PGM) Babadan dalam kurun waktu 00.00-18.00 WIB.

Sementara, pada sehari sebelumnya (Rabu, 18/11/2020) dilaporkan terdengar suara guguran sebanyak 5 kali dengan kekuatan suara sedang hingga cukup keras dari tiga pos PGM. Yaitu pos PGM Babadan, Jrakah, dan Kaliurang.

Sebagaimana dijelaskan BPPTKG sebelumnya, guguran yang sering terjadi sejak status Gunung Merapi dinaikkan menjadi siaga adalah guguran dari material lava lama di sekitar tebing kawah Merapi.

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan guguran bisa terjadi akibat adanya desakan magma dari dalam tubuh Gunung Merapi atau pun faktor eksternal, semisal karena sudah lapuknya tebing kawah.

Baca juga: Sebuah Helikopter Disiapkan BNPB Untuk Bantu Aktivitas Pemantauan Erupsi Merapi, Ini Alasannya

Baca juga: Hati Hati Hujan Deras dan Angin Kencang Sudah Robohkan Pohon dan Menimpa Rumah di Bantul

Baca juga: Keren, 250 Ribu Masker Medis Dibagikan GP Ansor dan Aice Group Untuk Hadapi Pandemi dan Siaga Merapi

Dari laporan amatan Rabu (18/11/2020) pukul 00.00-24.00 WIB pula, tercatat kegempaan yang terjadi di antaranya, 68 gempa guguran, 1 gempa low frequency, 242 gempa hybrid/fase banyak, 31 gempa vulkanik dangkal, 2 gempa tektonik, dan 39 gempa hembusan.

Sementara, secara visual asap berwarna putih, intensitas sedang hingga tebal dengan ketinggian 50 m di atas puncak.

Selain itu, laju rata-rata deformasi atau penggembungan permukaan tubuh Gunung Merapi dalam periode tersebut melalui pantauan menggunakan electronic distance measurement (EDM) Babadan adalah sebesar 12 cm/hari.

Untuk potensi bahaya, Hanik menyampaikan, saat ini masih sesuai rekomendasi, yaitu guguran lava, lontaran material vulkanik dari erupsi eksplosif, dan awan panas sejauh maksimal 5 km dari puncak Merapi.

Sejak 5 November 2020, BPPTKG telah menetapkan Gunung Merapi berstatus Siaga (level III).

Dengan status tersebut, BPPTKG menyimpulkan prakiraan daerah bahaya meliputi Kabupaten Sleman, DIY, di Kecamatan Cangkringan; Desa Glagaharjo (Dusun Kalitengah Lor), Desa Kepuharjo (Dusun Kaliadem), dan Desa Umbulharjo (Dusun Palemsari).

Selanjutnya, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, di Kecamatan Dukun; Desa Ngargomulyo (Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar); Desa Krinjing (Dusun Trayem, Pugeran, Trono); dan Desa Paten (Babadan 1, Babadan 2).

Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah di Kecamatan Selo; Desa Tlogolele (Dusun Stabelan, Takeran, Belang); Desa Klakah (Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur); dan Desa Jrakah (Dusun Jarak, Sepi).

Selain itu, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah di Kecamatan Kemalang; Desa Tegal Mulyo (Dusun Pajekan, Canguk, Sumur); Desa Sidorejo (Dusun Petung, Kembangan, Deles); dan Desa Balerante (Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang).

Hanik menambahkan, penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana (KRB) III direkomendasikan untuk dihentikan. Pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi.

Di samping itu, pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat.

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved