UPDATE Terkini Gunung Merapi : Aktivitas Dapur Magma hingga Intensitas Guguran di Puncak Merapi

BPPTKG sebelumnya mengungkapkan guguran sering terjadi sejak status Gunung Merapi dinaikkan menjadi siaga.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Setya Krisna Sumargo
Kubah lava Gunung Merapi 

Yaitu kantong magma dangkal pada kedalaman kurang lebih 1,5-2 km dari puncak dan kantong magma dalam yang berada sekitar kurang lebih 5 km dari puncak. 

Hanik melanjutkan, gempa vulkanik dalam (VTA) Merapi terakhir muncul pada 25 September 2020.

Hal ini mengindikasikan tidak ada suplai magma baru dari dalam. 

"Pada aktivitas Merapi tahun 2020 ini gempa vulkanik dalam terakhir muncul tanggal 25 September 2020, hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada suplai magma baru dari dalam. Hal ini juga menjadi salah satu indikator kemungkinan erupsi tidak seperti tahun 2010," ujar Hanik, Senin (16/11/2020). 

Dilansir dari laman merapi.bgl.esdm.go.id, di Merapi terdapat dua zona tampungan magma yang menentukan sifat khas Merapi, yaitu yang disebut sebagai kantong magma atau dapur magma jika ukurannya lebih besar. 

Karena letaknya relatif tidak jauh, maka kenaikan tekanan di dapur magma akan menyebabkan aliran magma menuju kantong magma di atasnya menyebabkan naiknya tekanan di sana. 

Dalam hal ini kantong magma berfungsi sebagai katup bagi magma yang naik ke permukaan.

Ilustrasi Merapi 2010
Ilustrasi Merapi 2010 (Ist)

Waktu tenang antar erupsi di Merapi merupakan fase di mana terjadi proses peningkatan tekanan magma di dalam kantong magma. 

Apabila tekanan melebihi batas ambang tertentu magma akan keluar dalam bentuk erupsi explosif atau efusif berupa pembentukan kubah lava.

Volume produk yang dikeluarkan kira-kira sebesar 0.1 persen dari volume kantong/dapur magma.

Produk erupsi Merapi rata-rata 10 juta m3 dalam suatu erupsi, bahkan sering di bawah 4 juta m3 yang artinya volume kantong magma relatif kecil. 

Potensi Ancaman

Ditanya mengenai ada tidaknya sumbatan-sumbatan di kawah Merapi saat ini yang dapat mempengaruhi ekstrusi magma ke permukaan, Hanik mengungkapkan sumbatan saat ini terhitung tidak terlalu kuat dengan terbentuknya kawah yang dalam pascaerupsi di tahun 2010.

Pascaerupsi 2010, lanjut Hanik, morfologi kawah Gunung Merapi jelas berubah sehingga mempengaruhi arah ancaman bahaya saat ini dan erupsi-erupsi berikutnya.

Baca juga: Update Gunung Merapi: Terdengar 5 Kali Guguran di Lereng Barat

Baca juga: BPPTKG Jelaskan Potensi Arah Ancaman Erupsi Gunung Merapi, Ini Penjelasannya

"Berdasarkan kondisi morfologi kawah saat ini arah ancaman dominan ke arah Selatan-Tenggara," ucapnya. 

Kendati demikian, kata Hanik, potensi arah ancaman tersebut tidak mutlak.

Melainkan masih bergantung pada perkembangan munculnya kubah lava baru.

"Tapi kita melihat nanti pusat munculnya kubah lava ada di mana. Masih kita tunggu," tandasnya. 

( tribunjogja / maruti a husna )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved