Potensi Erupsi Gunung Merapi
UPDATE Kondisi Gunung Merapi, BPPTKG Sebut Intensitas Kegempaan Minggu Ini Meningkat
Dalam periode tersebut, kegempaan Gunung Merapi tercatat 244 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 2.189 kali gempa fase banyak (MP), 9 kali gempa
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kondisi Gunung Merapi Sabtu (14/11/2020) pukul 12.00-18.00 WIB dilaporkan oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), secara visual gunung tampak jelas, kabut 0-I, hingga kabut 0-II.
Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.
Secara meteorologi cuaca cerah, berawan, dan mendung. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah barat daya dan barat. Suhu udara 16-26.8 °C, kelembaban udara 59-72 perse, dan tekanan udara 626-687.2 mmHg.
Pada pengamatan hari yang sama, di waktu berbeda sempat terdengar beberapa kali suara guguran. Di antaranya pada periode amatan pukul 00.00-06.00 WIB terdengar suara guguran 2 kali di Babadan.
Selain itu, terdengar suara guguran 1 kali (sedang) pukul 11.54 WIB.
Sebelumnya, BPPTKG melaporkan hasil pengamatan Gunung Merapi selama sepekan, yakni 6-12 November 2020.
Baca juga: Pemda DIY Gelar Pameran Virtual Jogja Premium Export, Upaya Tingkatkan Peluang Bisnis Saat Pandemi
Baca juga: BPBD DIY : Hidupkan UMKM dengan Pengadaan Tempat Cuci Tangan di Banyak Tempat
Baca juga: Rawan Kecelakaan, Jalur Srandakan Bantul Minim Lampu Penerangan
Dalam periode tersebut, kegempaan Gunung Merapi tercatat 244 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 2.189 kali gempa fase banyak (MP), 9 kali gempa low frekuensi (LF), 385 kali gempa guguran (RF), 403 kali gempa hembusan (DG), dan 6 kali gempa tektonik (TT).
Adapun intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi dibandingkan minggu lalu.
Kendati demikian, Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengungkapkan jumlah gempa hembusan yang cukup tinggi setiap harinya dapat dimaknai terjadi pelepasan gas secara signifikan, sehingga diharapkan mengurangi tekanan magma.
"Jumlah gempa hembusan relatif stabil pada kisaran sekitar 40 kali/hari. Jumlah ini cukup tinggi, yang dapat dimaknai bahwa terjadi pelepasan gas secara signifikan. Diharapkan dengan demikian juga mengurangi tekanan magmanya," ujar Hanik, Sabtu (14/11/2020).
Adapun deformasi atau penggembungan permukaan tubuh Gunung Merapi yang dipantau dengan menggunakan electronic distance measurement (EDM) pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 10 cm/hari.
Secara visual, dalam minggu ini cuaca di sekitar Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi hari, sedangkan siang hingga malam hari berkabut.
Asap berwarna putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah.
Tinggi asap maksimum 250 m teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo pada 8 November 2020 pukul 14.50 WIB.
"Guguran teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan dengan jarak luncur maksimal sejauh 3 km di sektor barat ke arah hulu Kali Sat pada 8 November pukul 12.57 WIB," tutur Hanik.
Baca juga: AC MILAN Capai Kesepakatan dengan Bintang RB Salzburg Pengganti Calhanoglu?
Baca juga: Hasil MotoGP Valencia: Franco Melesat di FP3, Joan Mir Bangkit, Quartararo Valentino Rossi Terpuruk
Baca juga: HUT ke-75 Brimob Dilaksanakan Serentak Secara Virtual
Analisis morfologi area kawah berdasarkan foto dari sektor tenggara pada 11 November 2020 tidak menunjukkan adanya perubahan morfologi kubah.
Perhitungan volume kubah lava berdasarkan pengukuran menggunakan foto udara dengan drone pada 3 November 2020 sebesar 200.000 m3.
Pada minggu ini, lanjut Hanik, terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan tertinggi sebesar 34 mm/jam selama 35 menit di Pos Ngepos pada 11 November 2020.
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," ungkapnya.
Berdasarkan hasil pengamatan visual dan instrumental, maka disimpulkan terdapat peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi, sehingga status aktivitas ditetapkan dalam tingkat aktivitas siaga.
"Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 km," tandas Hanik. (uti)