Malioboro Resmi jadi Kawasan Tanpa Rokok, Warga hingga Wisatawan Dilarang Merokok Sembarangan
Seluruh pengunjung, wisatawan hingga pelaku wisata tidak bisa lagi merokok sembarangan di kawasan Malioboro.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
"Bukan berarti sama sekali tak boleh merokok di Malioboro. Masih boleh, tetapi jangan sembarangan. Kalau merokok, ya di tempat-tempat tertentu yang sudah ditetapkan itu, kan sudah ada empat lokasi," ungkapnya.
"Pengasong rokok juga masih diperbolehkan. Jadi, yang kami atur ini hanya tempat merokoknya. Tapi, kami tetap berharap, agar pengunjung bisa menahan diri dan tidak merokok dulu saat di Malioboro," tambah Heroe.
Kesadaran Masyarakat
Tingkat pengunjung yang melakukan aktivitas merokok di kawasan Malioboro diketahui masih cukup tinggi.
Alhasil, fenomena tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Pemkot Yogyakarta dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di Malioboro.
Berdasarkan pantauan Tribun Jogja pada hari pertama penerapan KTR di kawasan Malioboro, Kamis (12/11/2020), masih banyak pengunjung yang merokok di sembarang tempat.
Bahkan, pelaku parwisata seperti pedagang atau pengemudi becak pun setali tiga uang.
Sementara keempat titik tempat khusus merokok, yakni Taman Parkir Abu Bakar Ali, sisi utara Malioboro Mall, sisi utara Ramayana dan Lantai III Pasar Beringharjo, tampak sepi peminat.
Kepala Unit Pelaksana Tugas (UPT) Malioboro, Ekwanto, mengakui bahwa kesadaran masyarakat untuk tidak merokok di tengah keramaian memang terbilang masih sangat rendah.

Ditambah lagi, mayoritas perokok di kawasan Malioboro selama ini cenderung tidak menjaga kebersihan.
"Puntung rokok masih dibuang sembarangan. Jadi, ketika disapu pasti menumpuk. Tentu saja ini sangat mengganggu, terutama yang tidak merokok ya, pasti risih melihat puntung berserakan," terangnya, Kamis (12/11/2020).
Ekwanto pun memastikan UPT Malioboro akan mengambil langkah dalam mensosialisasikan penerapan kawasan tanpa rokok ini.
Siaran radio yang dipancarkan pengeras suara dan tersebar secara merata di Malioboro, disebutnya menjadi ujung tombak upaya edukasi tersebut.
"Karena Malioboro ini kan destinasi wisata terbuka bagi publik ya, artinya orang datang silih berganti. Sekali masuk disadarkan, kemudian ganti orang harus diedukasi kembali. Jadi, sosialisasinya harus gencar, lewat radio juga. Selain prokes, sekarang ditambah KTR," ujarnya.
"Pasalnya, kesadaran pengunjung itu masih sangat kurang. Prihatin sekali tentunya, ketika kita melihat wisatawan yang berperilaku kurang baik di Malioboro. Merokok, kemudian puntung dibuang sembarangan," imbuh Ekwanto.
( tribunjogja.com )