Dinas PUP ESDM DI Yogyakarta: Dari 249 Jembatan, 69 di antaranya Butuh Perawatan
Setelah jembatan utama yakni Jembatan Kenet Siluk I, yang berada di Desa Selopamioro, Imogiri, Kabupaten Bantul mengalami kerusakan
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Setelah jembatan utama yakni Jembatan Kenet Siluk I, yang berada di Desa Selopamioro, Imogiri, Kabupaten Bantul mengalami kerusakan karena diterjang banjir pada 21 Februari 2020 lalu, kini giliran jembatan pengganti yang baru saja dibangun ikut terkikis pondasinya saat diterjang banjir pada Senin (26/10/2020) malam hingga Selasa pagi.
Akibatnya, sisi Utara pondasi jembatan darurat tersebut mengalami longsor dan cukup membahayakan apabila dilalui kendaraan berat.
Secara konstruksi, kondisi jembatan yang dikelola pemerintah DIY memang membutuhkan peningkatan kondisi.
Kepala Bidang (Kabid) Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP ESDM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Bambang Sugaib telah mengetahui informasi tersebut.
Dari informasi yang ia dapat pondasi jembatan mengalami longsor akibat luapan sungai sejak Senin malam hingga Selasa pagi.
"Kami mendapat informasi pagi tadi. Ya akan segera ditangani. Itu kan karena ada banjir pagi tadi,"katanya saat dihubungi Tribunjogja.com, Selasa (27/10/2020).
Baca juga: Pemkab Sleman Berikan Bantuan Sosial Tunai Pada Pekerja yang di-PHK
Baca juga: Kapolres Sleman: Pembuangan Bayi Adalah Tindak Pidana, Hukuman 5 Tahun Penjara
Ia menambahkan, sebenarnya jembatan utama Kenet Siluk I sudah mengalami longsor pada pondasinya sejak Februari lalu.
Saat itu pula Dinas PUP ESDM DIY mengupayakan membangun jembatan darurat sebagai antisipasi apabila jembatan utama mengalami pengikisan pondasi dan berakibat badan jembatan runtuh.
"Akhirnya kami bangun disebelahnya untuk akses warga, untuk berjaga-jaga apabila jembatan utamanya runtuh. Karena memang kondisinya sudah tua," tegasnya.
Jambatan darurat tersebut di bangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Darurat (APBD) 2020 sebesar Rp 215 juta.
Secara konstruksi, menurut Bambang jembatan tersebut memang bersifat sementara dan kurang memadai.
"Namanya juga jembatan Balley jembatan darurat kan. Jadi ya secara konstruksi kurang maksimal," sambungnya.
Bambang mengatakan, idealnya setelah jembatan Kenet Siluk I yang mengalami pengikisan, penggantian konstruksi seluruhnya harus dilakukan.
Karena Bambang menganggap usia jembatan tersebut memang sudah tua. Pasalnya, jembatan sepanjang 27 meter tersebut dibangun sejak 1984.
Analisanya, jembatan Kenet Siluk I tersebut memang rawan runtuh lantaran lebar sungai dengan panjang jembatan memiliki selisih yang cukup besar.
