Human Interest Story
Kisah Perjuangan Hidup Riyan Nugroho Aji, Driver Ojol yang Kini Jadi Dosen UGM
Suatu waktu di musim kemarau tahun 2017, Riyan bersama sang istri yang sedang hamil mengunjungi ruang dosen di Fakultas Peternakan UGM.
Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Maruti Asmaul Husna
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Asam garam perjuangan mencari nafkah telah dialami Riyan Nugroho Aji SPt MSc.
Pria yang kini menjabat sebagai dosen di Fakultas Peternakan UGM ini sebelumnya pernah menjadi driver ojek online (ojol) dengan sisa tabungan Rp 2,5 juta.
Bahkan, saat itu ia telah memiliki istri yang tengah hamil.
Suatu waktu di musim kemarau tahun 2017, Riyan bersama sang istri yang sedang hamil mengunjungi ruang dosen di Fakultas Peternakan UGM.
Riyan menyebut kunjungan itu sekadar untuk bersilaturahmi sekaligus mengenalkan istrinya kepada para dosen yang telah membimbingnya semasa menempuh S-2 di Fakultas Peternakan UGM.
Tanpa disangka olehnya, hal itu ternyata menjadi langkah awal bagi Riyan menjadi salah seorang dosen di almamaternya.
Baca juga: Hadapi Libur Panjang, Pemkot Yogya Tekankan Prinsip Warga Aman Wisatawan Nyaman
Saat itu, dosen pembimbing tesisnya memberi tahu ada rekrutmen terbuka untuk posisi dosen di Fakultas Peternakan UGM.
Pada saat bersamaan, sebenarnya ia juga telah mendaftar untuk posisi dosen di salah satu universitas swasta di luar Jawa.
Riyan tidak langsung menerima tawaran dari sang dosen karena mempertimbangkan beberapa hal.
“Saya datang ke Yogya kala itu tidak ada niatan untuk mendaftar. Namun, karena persyaratannya kurang lebih serupa dan didukung oleh dosen akhirnya saya menerima tawaran tersebut, walau tidak berharap banyak kala itu,” ujarnya dari keterangan tertulis yang diterima Tribunjogja.com.
Setelah mengobrol dengan sang istri, Riyan akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran tersebut.

Lalu, keduanya pun pulang ke Kabupaten Jember, Jawa Timur, rumah orang tua Riyan berdomisili.
Tidak lama berselang, Riyan mendapat pengumuman dari kedua kampus tadi bahwa ia lolos tes berikutnya.
Pada momen tersebut, Riyan kembali bimbang.
Seandainya ia menerima tawaran tersebut dan lolos tahapan selanjutnya, maka sebagai konsekuensi, dirinya harus mencari tempat tinggal serta pekerjaan sembari proses seleksi usai.
“Apalagi saya ingat betul waktu itu tabungan kami hanya tersisa Rp 2,5 juta. Sementara saya belum tahu berapa lama proses seleksi akan berlangsung. Itu pun seandainya saya diterima,” kenangnya.
Baca juga: Anggarkan Rp 170 Miliar, Pemda DI Yogyakarta Beli Dua Bangunan Hotel Mutiara di Malioboro
Akhirnya, Riyan mengambil keputusan berani dengan melanjutkan proses seleksi dosen di UGM.
Dengan bermodal Rp 2,5 juta, ia bersama sang istri yang mulai membesar perutnya berangkat ke Yogya.
Sesampainya di Yogya, hal pertama yang dicari Riyan adalah tempat tinggal.
Ia mengaku kesulitan untuk mencari tempat tinggal, utamanya karena dirinya bersama sang istri.
“Kos pasutri terbilang mahal, baik per bulan atau per tahunnya. Modal kami tidak mencukupi. Namun, akhirnya ketemu yang murah walaupun sangat sederhana di Soropadan, belakang Hartono Mall,” ungkapnya.
Selain tempat tinggal, sembari menunggu proses seleksi usai, Riyan merasa harus mencari pekerjaan sementara.
Hal itu agar dirinya bersama sang istri dapat untuk sekadar hidup di Yogya.
“Saya ingat kala itu sebelum menemukan pekerjaan sementara kami harus benar-benar berhemat. Lauk yang kami santap hanya seputar telur, tempe, dan gorengan saja. Pernah suatu ketika istri benar-benar mengidam lauk ikan lele, akhirnya saya belikan satu untuk berdua,” kenangnya.
Riyan beruntung karena waktu itu sedang ada lowongan untuk menjadi driver Grab.
Ia pun langsung saja mendaftarkan diri.
Baca juga: Hadapi Libur Panjang, Satpol PP Kota Yogya Giatkan Penegakan Prokes di Tempat Usaha
Selain driver Grab, kala itu ia juga turut membantu Lab Fisiologi dan Reproduksi Ternak Fakultas Peternakan UGM.
“Dari habis subuh hingga pukul 09.00 saya cari penumpang. Lalu, setelahnya hingga pukul 15.00, bantu di lab. Sepulang dari lab ngojek lagi sampai pukul 20.00, baru kemudian pulang,” terangnya.
Sementara itu, istri Riyan juga akhirnya turut membantu dengan berjualan nasi kuning.
Setelah awalnya cuma coba-coba buat untuk dibagi-bagikan tetangga, ternyata responsnya baik.
“Dari semua pemasukan itulah akhirnya kami bisa makan sejahtera, bahkan bisa menabung,” ujarnya.
Dari berbagai pengalaman hidup tersebut, Riyan menyatakan banyak pelajaran yang dirinya terima.
Semisal ketika sekarang Riyan melihat driver ojol, dirinya akan mendoakan mereka.
“Saya merasakan sendiri bagaimana susah dan lelahnya menjadi driver ojol. Terlebih mereka tidak bekerja keras untuk diri sendiri. Ada keluarga yang menunggu mereka di rumah. Makanya ketika dengar cerita ada driver ojol ditipu, saya marah sekali,” ungkapnya.
Lebih lanjut, usaha keras Riyan tersebut juga tidak percuma. Proses seleksi dosennya berjalan mulus hingga tahap akhir.
Hal itu hingga akhirnya dirinya resmi diangkat menjadi dosen pada Februari 2018.
Ia juga bisa berpindah ke kontrakan rumah yang lebih bagus untuk istri dan anaknya.
Kini, Riyan tengah mengupayakan untuk melanjutkan pendidikan S-3-nya di Jepang.
Baca juga: PSIM Yogyakarta Tetap Berlatih Meski Kompetisi Belum Jelas
Hal ini sebagai prasyarat dirinya sebagai dosen, yakni dalam kurun waktu 3 tahun setelah dilantik harus sudah kuliah S-3.
Ia menyebut bahwa dirinya sudah diterima di University of Miyazaki, Jepang.
Namun, terdapat kendala akibat pandemi Covid-19 ini.
“Oktober ini saya seharusnya sudah berada di sana. Juli kemarin kabarnya pembatasan penerbangan sudah diangkat, ternyata kembali diberlakukan. Akibatnya saya mengurus visa juga tidak bisa sejak Agustus kemarin,” ungkapnya.
Riyan kini terpaksa harus mengambil cuti satu semester dan memulai kuliah tahun depan.
Meski demikian, ia menyebut hal ini tidaklah menjadi masalah, malahan menjadi hikmah tersendiri.
“Dengan ini saya tidak perlu mengeluarkan uang untuk tiket pesawat yang terbilang mahal, utamanya dalam kondisi pandemi ini. Saya juga mempersiapkan proposal riset untuk disertasi nanti. Saya juga bisa mempersiapkan kemampuan bahasa saya,” ucap dosen yang mengampu bidang teknologi reproduksi ternak ini. (uti)