Pengusaha Kain Tenun Lurik Curhat ke Danang Wicaksana Sulistya, Ingin Bisa Ekspor Produk Asli Sleman
DWS berdiskusi dan mendengarkan keluhan dan kendala yang dihadapi para pengusaha kain tenun lurik dan stagen.
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Calon bupati Sleman nomor urut 1, Danang Wicaksana Sulistya (DWS), mengunjungi pengusaha kain tenun lurik dan stagen di Dusun Pakelan, Sumberarum, Moyudan, Sleman.
Dalam kunjungannya tersebut, DWS berdiskusi dan mendengarkan keluhan dan kendala yang dihadapi para pengusaha kain tenun lurik dan stagen.
Seorang pengusaha kain tenun lurik dan stagen di Dusun Pakelan, Didik Karyadi, memanfaatkan kesempata tersebut untuk mengutarakan keinginannya, agar dapat mengekspor langsung produknya ke luar negeri.
Kepada DWS, Didik menyatakan alasan keinginannya tersebut adalah agar mendapat keuntungan yang lebih sehingga dapat lebih mampu mensejahterakan perajin.
Dampak yang diharapkan, makin banyak generasi muda mau kembali menekuni pembuatan tenun.
Pasalnya, Didik mengaku dirinya adalah satu dari sedikit perajin yang tersisa.
Baca juga: Danang Wicaksana Sulistya Dukung Upaya Pelestarian Populasi Berbagai Satwa di Lereng Merapi
Baca juga: Danang Wicaksana Sulistya (DWS) Berkomitmen Siap Dukung dan Beri Kemudahan Bagi Peternak
Sebelumnya, Dusun Pakelan merupakan sentra perajin tenun dan dua dekade lalu telah berhasil menjual produk ke sejumlah negara.
Kini, puluhan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di desa itu banyak yang menganggur karena kesulitan meregenerasi pekerja ahli tenun.
"Dengan memberi harga yang lebih baik kepada pengrajin, kami berharap bisa menarik minat generasi muda untuk terjun di kerajinan tenun," kata Didik kepada DWS.

Didik yang memiliki puluhan alat tenun di rumahnya itu sebelumnya adalah pengepul barang kerajinan berbahan tenun.
Sayangnya, usaha tenun sempat terpukul resesi ekonomi pada tahun 1997 dan banyak yang tidak dapat bangkit kembali.
Untuk memasok permintaan pasar yang ada, Didik bekerjasama dengan seratusan perajin di sekitar tempat tinggalnya.
Kendati demikian, kapasitas produksi diakui Didik belum optimal karena perajin yang bermitra yang semakin sedikit dan kebanyakan sudah berusia di atas 40 tahun.
"Anak- anak muda sekarang pada nggak telaten (menenun), Mas Danang. Mereka lebih memilih kerja di toko atau tempat lain," keluhnya.
Para perajin sendiri mengambil bahan baku berupa benang dari tempat Didik untuk kemudian diserahkan kembali dalam bentuk kain.