Pengusaha Kain Tenun Lurik Curhat ke Danang Wicaksana Sulistya, Ingin Bisa Ekspor Produk Asli Sleman

DWS berdiskusi dan mendengarkan keluhan dan kendala yang dihadapi para pengusaha kain tenun lurik dan stagen.

Editor: Muhammad Fatoni
dok.istimewa
Calon bupati Sleman nomor urut 1, Danang Wicaksana Sulistya (DWS), mengunjungi pengusaha kain tenun lurik dan stagen di Dusun Pakelan, Sumberarum, Moyudan, Sleman 

"Setelah kain- kain tersebut terkumpul di tempat saya, nanti sudah ada bakul (pedagang) dari berbagai pasar di Jogja yang ngambil (beli), Mas," tambah Didik.

Selain itu, Didik juga bermitra dengan empat orang penjahit yang membantunya memproduksi beberapa jenis pakaian seperti kemeja dan gamis yang dibuat dari kain tenun miliknya.

Didik berkisah, usaha tenun tersebut dirintis oleh ibunya pada tahun 1952 tersebut awalnya hanya memproduksi stagen.

Baru pada tahun 2012, dirinya mulai memproduksi kain tenun dan lurik.

Sementara, DWS mengaku terkejut melihat sendiri kondisi industri tenun tradisional yang meredup.

Menanggapi permintaan untuk memperjuangkan Moyudan sebagai sentra tenun tradisional, DWS memaparkan konsep pengembangan kecamatan yang merupakan salah lumbung pangan DI Yogyakarta itu, terutama di sektor pariwisata.

"Konsep yang dapat DWS-ACH tawarkan adalah membangun terminal turis. Terminal itu nantinya merupakan pusat informasi pariwisata, yang mana akan berfungsi sebagai hub sebelum pengunjung mengelilingi Sleman," ujar DWS.

Ide itu menurut DWS didasari pemikiran bahwa Moyodan merupakan wilayah Kabupaten Sleman yang paling dekat dengan  Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulonprogo.

Baca juga: Curhatan Pelaku UMKM Kepada Danang Wicaksana Sulistya (DWS), Bantu Kami untuk Berkembang

Baca juga: Kekuatan Pasangan Danang Wicaksana - R Agus Choliq Bertambah Setelah Bolo DheWes Ikut Gabung

Moyudan, disebut DWS harus dijadikan gerbang wisata Sleman dan terhubung dalam sebuah aplikasi dan program pengembangan wisata secara terpadu.

"Saya dan Mas Agus Choliq siap berkeringat, siap capek. Tapi itu akan sia-sia kalau masyarakat tidak siap bergerak bersama. Destinasi, atraksi dan konsep kemasannya harus disesuaikan dengan keinginan dan potensi wilayah, supaya pengembangan tidak salah sasaran," terang DWS.

Dalam konsep program intergrated tourism, pemerintah kabupaten akan mewadahi potensi dan memetakan ancaman dan hambatan.

Bentuknya, aplikasi, fasilitas pendukung dan layanan informasi serta transportasi. Selain itu, upaya promosi dan penguatan sumber daya manusia juga harus dilakukan secara masif.

"Jika diberikan kesempatan dan amanah, kita eksekusi ide-ide pengembangan itu. Intinya, tanpa meninggalkan peran Moyudan sebagai lumbung pangan, masyarakat tempatan dapat ikut menikmati kue dari industri pariwisata," pungkas DWS. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved