PKL Malioboro Lakukan Pendataan Kerugian Seusai Demo yang Ricuh
Pasca kejadian tersebut, pihaknya melakukan pendataan kerugian yang dialami komunitas pedagang kaki lima (PKL) yang terdampak
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
YOGYA,TRIBUN - Kerusuhan yang terjadi saat demonstrasi di Malioboro Kota Yogyakarta juga disesalkan oleh komunitas di Malioboro.
Mereka merasa sangat dirugikan baik secara materi maupun psikis akibat aksi anarkisme yang mewarnai unjuk rasa penolakan Undang-Undang Cipta Karya di Kawasan Malioboro pada Kamis (8/10/2020) lalu.
Presidium Paguyuban Kawasan Malioboro Sujarwo Putro menjelaskan bahwa pihaknya menghargai mahasiswa maupun pihak yang menyuarkan aspirasinya melalui demonstrasi.
Namun secara tegas ia menolak segala tindakan kekerasan dan anarkisme. Terlebih yang terjadi kemarin sangat merugikan komunitas di Malioboro dan secara umum Yogyakarta.
• Dinas Pariwisata DI Yogyakarta: Anarkisme Mencederai Sektor Pariwisata
Pasca kejadian tersebut, pihaknya melakukan pendataan kerugian yang dialami komunitas pedagang kaki lima (PKL) yang terdampak khususnya yang berada di depan dan sisi utara maupun selatan DPRD DIY.
"Sementara ini yang terdata di antaranya dua PKL mengalami penjarahan, beberapa PKL di bawah Restoran Legian tidak bisa berjualan lagi dan beberapa PKL yang mengalami kerusakan peralatan," ujarnya Minggu (11/10/2020).
Ia mengatakan, bahwa PKL di Malioboro tak hanya dirugikan secara materi, namun juga psikologis.
• Tolak Demo Perusakan Malioboro, Tokoh Masyarakat Dukung Proses Hukum Perusuh
"Banyak teman-teman PKL yang tidak berjualan karena khawatir ada kejadian yang sama terulang. Kejadian kerusuhan anarkis pun membuat Malioboro makin sepi pengunjung di tengah pandemi Covid-19," jelasnya.
Agar kejadian tersebut tidak terulang lagi, ia mengharapkan agar semua pihak sama-sama menjaga suasana kondusif di Kawasan Malioboro.
Ia pun meminta agar anak-anak mahasiswa menyampaikan aspirasinya dengan tertib dan damai.
Selain itu, pihaknya mengimbau agar mahasiswa tidak melakukan unjuk rasa di Malioboro pada hari Jumat sampai Minggu karena ketiga hari itu merupakan kesempatan mencari nafkah. (nto)