Aksi Tolak Omnibus Law
Sejumlah Demonstran Terluka dan Fasilitas Gedung DPRD DI Yogyakarta Rusak
Sejumlah peserta yang berasal dari elemen mahasiswa dan sejumlah organisasi masyarakat sipil lainnya terlibat lempar-lemparan dengan petugas keamanan.
Penulis: Yosef Leon Pinsker | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Aksi lempar-lemparan botol hingga batu masih berlanjut di gedung DPRD DIY tempat berlangsungnya aksi unjuk rasa menolak UU Cipta Kerja Omnibus Law, Kamis (8/10/2020).
Dari pantauan Tribunjogja.com di lokasi, sejumlah peserta yang berasal dari elemen mahasiswa dan sejumlah organisasi masyarakat sipil lainnya terlibat lempar-lemparan dengan petugas keamanan.
Massa juga terpantau telah masuk ke dalam halaman gedung DPRD DIY.
Perwakilan dewan sempat menemui peserta unjuk rasa dan meminta agar aksi itu dilakukan secara damai.
"Kami mohon dan minta agar unjuk rasa disampaikan dengan cara-cara yang kondusif. Mari berdialog dan jangan sampai berbuat onar," kata Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana.
• Aksi Tolak Omnibus Law di DPRD DIY Kembali Ricuh, Polisi Tembakkan Gas Air Mata ke Arah Demonstran
Namun, massa bergeming hingga akhirnya insiden saling lempar kembali terulang dan mengakibatkan sejumlah peserta yang berada di lokasi mengalami luka-luka.
Pengamatan di lokasi kejadian, terdapat dua peserta aksi yang mengalami luka di bagian kepala.
Keduanya dibawa ke gedung DPRD bagian belakang untuk mendapatkan pertolongan medis.
Selain itu, sejumlah aparat keamanan yang bertugas terlihat pula terkena serpihan botol kaca dan lemparan batu oleh massa aksi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi resmi dari instansi yang berwenang terkait jumlah detail yang mengalami luka-luka.
Proses pengamanan masih berlangsung. Kepolisian juga berusaha mendesak massa untuk meninggalkan lokasi tersebut.
Sesekali, lemparan batu yang mengenai kaca gedung dewan hingga pecah terdengar di lokasi tersebut.
Tak hanya itu, dentuman senjata petugas yang melontarkan gas air mata juga tak kalah keras berbunyi.
Huda menyesalkan sikap massa aksi yang menyuarakan aspirasinya dengan cara yang tidak semestinya.
Harusnya, aksi unjuk rasa seperti itu dilangsungkan secara damai dan tertib tanpa kehilangan substansi yang disuarakan.
• Aksi Massa di Malioboro Berujung Ricuh
"Kerusuhan-kerusuhan ini sama sekali tidak membantu tuntutan para pekerja. Insiden ini hanya akan menodai perjuangan rekan-rekan pekerja maupun tuntutan yang menginginkan agar UU Ciptaker dicabut," katanya.
Politikus PKS itu menambahkan, dirinya yakin bahwa cara-cara yang lebih elegan dan beretika bisa dipilih oleh massa untuk menyatakan pendapat ketimbang merusak fasilitas negara dan berbuat onar.
"Saya menghargai tuntutan yang diajukan terkait keberatan massa aksi soal pengesahan UU Ciptaker, namun malah ada segelintir orang yang sengaja memprovokasi dan membuat onar. Kami sudah siap berdialog dan siap menerima serta mendukung aksi rekan-rekan," ujarnya.
Pihaknya belum mendata sejumlah kerusakan yang dialami pada isinden itu.
Demikian pula dengan laporan terkait dengan peserta yang mengalami luka-luka.
"Ada beberapa memang yang terkena gas air mata. Saya tegaskan, gedung ini tidak akan tutup dengan adanya aksi ini. Kami secara institusi tidak akan terpengaruh dengan aksi yang onar seperti ini," pungkas dia. (TRIBUNJOGJA.COM)