Kisah Inspiratif
Kisah Mbah Sugi, Penjual Sapu Keliling di Yogyakarta Tetap Semangat Berjualan di Usia Senja
Saat berjualan, Mbah Sugi lebih memilih berkeliling dengan berjalan kaki dari rumahnya yang beralamat di Godean.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
Kalau, persediaannya menipis baru diproduksi lagi.
Saat berjualan, Mbah Sugi lebih memilih berkeliling dengan berjalan kaki dari rumahnya yang beralamat di Godean.
Lantaran, ia mengatakan, dirinya sudah takut untuk berkendara di jalan raya.
"Kalau dulu masih masih berani berjualan dengan sepeda. Sekarang, sudah ada rasa takut apalagi kondisi jalanan sekarang sangat ramai berbeda dengan dulu,"ujarnya.
Ia menambahkan, pernah sekali mencoba berjualan dengan sepeda.
Namun, suasana ramai di jalan raya malahan membuatnya gugup.
Akhirnya, memilih berjalan kaki karena dirasa lebih aman.
Tetap berjualan di usia sepuh memang pilihannya sendiri.
• Kisah Djanggan Purbo Djati, Dalang Cilik asal Kulon Progo Bercita-cita jadi Dalang Profesional
Padahal, ketiga anaknya yang sudah berkeluarga sempat melarangnya untuk berjualan.
Dirinya mengaku dengan berjualan membuatnya senang.
"Sebenarnya sudah tidak dibolehkan berjualan. Kalau di rumah saja saya malahan sakit mendingan berjualan bisa melihat banyak orang," ujarnya.
Namun, pada masa pandemi dagangan Mbah Sugi pun mengalami penurunan pembeli.
Biasanya, pelanggannya kebanyakan dari kalangan mahasiswa.
"Sejak Corona memang lebih sepi palingan hanya tiga barang yang laku dalam sehari. Kalau, dulu lebih banyak yang terjual soalnya mahasiswa masih berkuliah," ujarnya.
Sepinya pembeli tak menjadi alasan bagi dirinya untuk berhenti mencari rezeki.
Adapun, harga barang yang dijualnya mulai dari Rp5 ribu hingga Rp45 ribu tergantung produknya.
"Harganya berbeda-beda, kalau keset seharga Rp5 ribu satuannya. Kalau sapu rumah mulai harga Rp10 ribu. Sedangkan anyaman seharga Rp45 ribu per keranjangnya," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)