Kisah Inspiratif
Kisah Mbah Sugi, Penjual Sapu Keliling di Yogyakarta Tetap Semangat Berjualan di Usia Senja
Saat berjualan, Mbah Sugi lebih memilih berkeliling dengan berjalan kaki dari rumahnya yang beralamat di Godean.
Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kondisi di sekitar jalan Bimo Kurdo, kota Yogyakarta pada Sabtu (12/09/2020) pukul 16.00 WIB kelihatan ramai.
Banyak kendaraan baik roda dua dan empat lalu lalang melintas di sepanjang jalan itu.
Pada pinggir sisi jalan di lokasi yang sama terlihat seorang pria sepuh memakai topi caping dan kemeja biru sedang sibuk merapikan sapu yang disusun di tembok pembatas jalan.
Namanya Mbah Sugi (83), penjual sapu keliling yang masih bersemangat berjualan di kala usia senja.
Ia mengatakan, rutinitas berjualan dilakukannya setiap hari mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
• Kisah Agus Warga Klaten, 5 Tahun Tekuni Jasa Perbaiki Korek Gas
Terkadang, ia pun berjualan pada malam hari mulai pukul 18.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB.
Barang dagangan yang dijual tak hanya sapu namun wadah anyaman bambu hingga keset kaki dari kain perca turut dijualnya.
"Kalau sapu lidi dan anyaman bambu dibuat sendiri. Biasanya untuk sapu lidi bisa buat 5 sampai 6 sapu per hari.Sedangkan, anyaman palingan hanya 3 keranjang saja dalam sehari,"jelasnya kepada Tribunjogja.com, pada Sabtu (12/09/2020).
Membuat barang dagangan sendiri, dipilihnya lantaran untuk menjaga kualitas.
Karena, hampir 60 tahun dirinya sudah menggeluti seni anyaman.
"Saya itu kan sebenarnya memang dari perajin anyaman. Jadi, lebih baik dibuat sendiri lebih terjamin. Terkadang kalau beli di luaran memang lebih murah daripada buat sendiri namun tak sebagus yang saya buat," ujarnya.
Ia menambahkan, untuk berjualan dirinya tetap mengutamakan kualitas produknya.
Walaupun yang dijual tidak banyak namun pembeli bisa merasa puas dengan kualitasnya.
Untuk membuat sapu atau anyaman biasanya dikerjakannya tak ada patokan waktu.