Wabah Virus Corona

Penjelasan Ahli, Gejala COVID-19 'Happy Hypoxia di Indonesia Sudah Muncul Sejak Maret 2020

Ahli menyebutkan happy hipoxia sudah terjadi sejak awal pandemi COVID-19 mulai mewabah di Indonesia.

Editor: Rina Eviana
Shutterstock
Ilustrasi saturasi oksigen 

TRIBUNJOGJA.COM - Baru-baru ini gejala baru COVID-19 teridentifikasi. Gejala itu bernama happy hypoxia.

Penderita terasa baik-baik saja meski dalam keadaan kekurangan oksigen. Namun jika dibiarkan hal ini bisa berbahaya.

Ahli menyebutkan happy hipoxia sudah terjadi sejak awal pandemi COVID-19 mulai mewabah di Indonesia. Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto.

Lebih dari setengah penduduk daerah kumuh di tiga daerah Mumbai yang Tinggal di Pemukiman Kumuh Terjangkit Virus Corona
Lebih dari setengah penduduk daerah kumuh di tiga daerah Mumbai yang Tinggal di Pemukiman Kumuh Terjangkit Virus Corona (AFP)

"Sebenarnya sejak ada COVID-19, saya sendiri yang aktif sebagai dokter paru yang menangani beberapa pasien yang mengalami silent hipoksemia (happy hipoxia) ini," kata Agus kepada Kompas.com, Kamis (3/9/2020).

Sementara itu, dua kasus pertama infeksi COVID-19 di Indonesia dilaporkan pada 2 Maret 2020. Namun, kata Agus, kejadian ini tidak terekspos karena bagian uji klinisi sudah melihat pemeriksaan darahnya memang oksigen pasien tersebut rendah atau di bawah normal dengan saturasi di bawah 94.

"Tapi pasiennya duduk-duduk, bisa baca majalah. Ditanya ada keluhannya? Ya itu tidak ada. Ya itu kita sudah temukan sejak kasus COVID-19 ini ada," cerita Agus.

Agus menjelaskan, selain di Indonesia, fenomena ini juga sudah terjadi sejak kejadian awal COVID-19 di Wuhan, China.

Penjelasan Happy Hipoxia, Gejala Baru COVID-19, Penderita Tak Sesak Nafas Meski Kekurangan Oksigen

Berdasarkan data, ada sekitar 18,7 persen pasien COVID-19 yang tidak mengeluh sesak napas.

Padahal, ketika diukur di dalam darahnya sudah terjadi hipoksemia. Dari data yang sama juga terlihat sekitar 40 persen pasien mengalami pneumonia.

Hal ini menunjukkan, bahwa suatu kondisi pasien yang kelihatannya tidak ada gejala, tetapi ternyata hasil pemeriksaan tambahan atau lanjutannya memberikan hasil kadar oksigen di dalam paru pasien di bawah normal, artinya terjadi hipoksemia.

"Kondisi inilah yang disebut sebagai suatu silent hipoxemia atau hipoksemia yang tidak terdeteksi, atau familiar juga disebut happy hipoxia," jelasnya.

Untuk diketahui, hiposekmia adalah kondisi kadar oksigen di dalam darah rendah. Kadar normal oksigen di dalam darah saturasinya 95 ke atas.

Sedangkan, jika kadar oksigen di dalam darah menunjukkan saturasinya 94 ke bawah, maka pasien tersebut mengalami hipoksemia.

Adapun kondisi hipoksemia ini jika terus berlanjut, dapat menyebabkan darah tidak bisa membawa cukup oksigen ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

ilustrasi paru-paru
ilustrasi paru-paru (yodiyim via kompas.com)

Dokter Spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Erlina Burhan, menjelaskan mengenai salah satu gejala COVID-19 yang baru-baru ini diidentifikasi, yaitu happy hypoxia.

Dokter spesialis paru Erlina Burhan dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/4/2020). (DOKUMENTASI BNPB)

Erlina mengatakan, happy hypoxia merupakan suatu kondisi seseorang yang kekurangan oksigen.

Namun, penderita tak mengalami sesak napas atau gejala lain, sehingga orang tersebut merasa baik-baik saja.

"Pasiennya tidak sesak, tidak kelihatan sesak jadi katanya happy-happy saja, nonton TV, masih nge-Zoom, tapi sebetulnya sudah terjadi hypoxia atau kekurangan oksigen," kata Erlina dalam sebuah diskusi virtual, Jumat (4/9/2020).

Setelah Vaksin COVID-19 Ditemukan Apakah Pandemi Virus Corona Berakhir?

Erlina mengatakan, jika seseorang mengalami kekurangan oksigen, biasanya otak akan memerintahkan tubuh untuk mengambil oksigen sebanyak-banyaknya dengan bernapas lebih cepat.

Maka, setelah berolahraga atau berkegiatan berat, biasanya seseorang bernapas dengan tersengal-sengal. Hal itu tidak terjadi pada penderitaCOVID-19  yang mengalami happy hypoxia.

Menurut Erlina, infeksi Virus Corona yang luas akan menghambat sinyal tubuh untuk memberi tahu otak bahwa telah terjadi kekurangan oksigen, sehingga penderita happy hypoxia terlihat bernapas seperti biasa.

"Pada infeksi virus Covid ini sinyal tersebut dihambat oleh inflamasi maka tidak ada sinyal ke otak," ujar Erlina. "Jadi kalau diperiksa darahnya kadar oksigennya rendah tetapi masih tidak sesak, tidak terlihat tersengal-sengal," tuturnya.

Erlina menyebut bahwa happy hypoxia berbahaya lantaran dalam waktu dekat penderita akan mengalami penurunan kesadaran.

Kenali Doomscrolling dan Cara Mengatasinya

Oleh karena itu, Erlina mengimbau orang yang mengalami demam, batuk dan pusing untuk segera menghubungi fasilitas layanan kesehatan terdekat.

"Kalau Anda bergejala segeralah menghubungi fasilitas layanan kesehatan terdekat," ujar Erlina.

"Apalagi kalau kemudian gejalanya bertambah berat, walaupun belum sesak segera datang ke rumah sakit karena kemudian di rumah sakit akan dilakukan pemeriksaan foto thorax dan diperiksa saturasi oksigen anda untuk mengetahui apakah anda kekurangan oksigen atau tidak," tuturnya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahli Sebut Gejala Happy Hypoxia Sudah Muncul di Indonesia Sejak Maret"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved