Yogyakarta

DPKP DIY Prediksi Stok Beras Surplus 135.576 Ton pada 2020

Untuk ketersediaan pangan khususnya beras diprediksi akan mengalami surplus sebesar 135.576 ton.

Penulis: Nanda Sagita Ginting | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) prediksi persediaan komoditi beras di wilayah Yogyakarta dalam kategori aman.

Wakil kepala DPKP DIY, Syam Arjayanti mengatakan, untuk ketersediaan pangan khususnya beras diprediksi akan mengalami surplus sebesar 135.576 ton.

"Masih aman untuk stok beras. Karena diprediksi pada tahun ini produksi beras bisa mencapai 480.383 ton. Padahal, untuk konsumsi sepanjang tahun hanya sekitar 342.807 ton dari total penduduk sebanyak 3,88 juta jiwa," jelasnya kepada Tribunjogja.com, pada Senin (31/08/2020).

Stok Beras di DIY Aman sampai Tiga Bulan ke Depan

Adapun indikasi terjadinya surplus, lanjut Syam, dihitung berdasarkan angka konsumsi rumah tangga. Di mana konsumsi beras di DIY  hanya sebanyak 7.117 ton per minggu.

Padahal setiap minggu persediaan beras rata-rata sebesar 52.163 ton.

"Berdasarkan data tiap minggu yang kami kelola. Untuk komoditi beras tidak pernah mengalami kekurangan produk malahan sangat mencukupi untuk kebutuhan masyarakat di wilayah Yogyakarta," tuturnya.

Tak hanya beras, produk unggulan pertanian di DIY seperti cabai dan bawang merah juga terpantau stabil.

Berdasarkan data mingguan DPKP DIY , konsumsi bawang merah rata-rata sebesar 199 ton.

Program Bansos Beras, Dayasos Gandeng Pendamping PKH di Lapangan

Padahal, ketersediaan barang mencapai sekitar 1.163 ton.

"Produk bawang merah selama Agustus ini setiap minggu mengalami surplus hingga 964 ton. Sedangkan, cabai merah per minggunya bisa surplus hingga sekitar 1.270 ton," tuturnya.

Banyaknya komoditas pangan mengalami surplus, tambah Syam, imbas dari menurunnya permintaan pasar selama pandemi.

"Imbas pandemi tentu terasa sekali pada pembelian produk pangan. Karena, sektor pasar utamanya seperti pedagang, restoran dan hotel banyak yang beroperasi secara tidak optimal," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved