Kulon Progo

KWT Melati di Kulon Progo Olah Berbagai Jenis Cabai Agar Tetap Diminati Konsumen

Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di Desa Glagah, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo mengolah berbagai jenis cabai agar tetap diminati masyarakat.

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Sri Cahyani Putri Purwaningsih
Proses pengolahan cabai bubuk yang diproduksi oleh KWT Melati di Desa Glagah, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo Selasa (18/8/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, KULON PROGO - Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati di Desa Glagah, Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo mengolah berbagai jenis cabai agar tetap diminati masyarakat.

Ketua KWT Melati, Titin Kusnawati mengatakan, pihaknya mengolah cabai ke dalam 3 varian yaitu rasa terasi, original dan teri.

"Untuk bahan baku cabai kami tidak kesulitan karena di lingkungan sekitar banyak petani cabai," tuturnya Selasa (18/8/2020).

Dalam proses pembuatannya juga memerlukan waktu beberapa hari.

Lonjakan Permintaan Picu Kenaikan Harga Daging Ayam dan Cabai di DIY

"Pertama bubuk cabai dibuat dari cabai segar kemudian dicuci bersih dan dikukus selama 16 menit dengan menggunakan air sekitar 6 liter. Setelah itu di tiriskan dan dijemur. Proses pengeringan bisa melalui sinar matahari dan mesin. Jika melalui mesin selama 2 hari. Sedangkan jika menggunakan sinar matahari dengan kondisi panas yang cukup bagus bisa 5 hari," jelasnya.

Produksi olahan cabai tersebut dijual di 29 Toko Tomira yang berada di Kulon Progo dan beberapa reseller di daerah Jakarta dan Jogja serta dibantu oleh Dinas Koperasi dan UMKM Kulon Progo melalui program Duta Marketing.

Selain itu, produk olahan cabai juga dijual di toko oleh-oleh yang berada di Jalan Solo dan Kaliurang.

Sebelum adanya pandemi Covid-19, Titin mengaku mendapat permintaan sebanyak 100 botol per bulan.

Namun selama pandemi menjadikan toko yang menjual produk olahan cabai tersebut berhenti beroperasional sementara.

Akhirnya ia beralih pengolahan cabai dari bubuk cabai menjadi sambal segar.

Menurutnya pengolahan sambal segar lebih laku di pasaran selama pandemi.

Petani Cabai di Kalasan Mengolah Cabai Agar Memiliki Nilai Ekonomi Tinggi

"Biasanya dijual melalui online karena peminatnya lebih banyak. Dan dari dinas juga ada permintaan serta lingkungan masyarakat juga banyak yang order," ucapnya.

Sementara dari segi harga, produk bubuk cabai dijual dengan harga Rp 15.000 sampai dengan Rp 17.500 dan produk sambal segar dijual dengan harga Rp 18.000

"Kalau dari saya harga sambal segar dijual Rp 18.000 namun kalau sudah di toko dijual dengan harga Rp 20.000 sampai dengan Rp 23.000," tuturnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved