Yogyakarta
Minim Alat Penunjang Kedaruratan, Anggota SAR Istimewa DIY Hanya Digaji Rp 750 Ribu
Di balik nyali besar para anggota SAR Satlinmas Istimewa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terselip keprihatinan yang luar biasa.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
"Jadi kemarin evakuasi selama hampir sepekan itu tidak ada anggaran makan mereka itu. Karena sudah direalokasi ke Covid-19," ungkap Noviar.
• Satpol PP DIY Bersama TNI dan Polri Cegat Pengguna Jalan Raya Tak Bermasker
Butuh Sentuhan Pemda
Noviar mengakui dalam evakuasi tujuh korban di pantai Goa Cemara beberapa waktu yang lalu sangat minim fasilitas penunjang.
Para anggota SAR pun sudah sejak tahun lalu meminta untuk disediakan tabung oksigen, pelampung, serta alat komunikasi.
Hal yang lebih mendesak, untuk pemaksimalan patroli, para anggota SAR juga sudah mengajukan kendaraan ATV.
"Tapi ya itu, pengajuan saya selalu mental di tim pengadaan anggaran di Pemda. Alasannya setiap tahunnya itu keterbatasan anggaran," imbuh Noviar.
Padahal, menurut dia keberadaan alat penunjang medis dan kedaruratan dapat mempercepat penanganan.
"Paling tidak kan memudahkan untuk patroli rekan-rekan di lapangan. Saya berharap tahun depan ya bisa tak ajukan dan disetujui. Pengadaan kaus seragam saja mereka satu tahun sekali," urai Noviar.
• Satpol PP DIY Temukan 10 Bus Pariwisata Angkut Full Penumpang di Pantai Sundak
Dia menilai para tim SAR Satlinmas Istimewa tersebut lebih kepada bekerja secara suka rela.
Meski setiap bulannya para anggota tersebut masih terima honor sebesar Rp750 ribu.
"Ya prihatin juga. Makanya sebelum ada Covid-19 saya sering ke sana. Ya memberi semangat. Bayangkan kalau orang-orang seperti mereka ini sudah tidak ada," tegas dia.
Kendala sulitnya pengajuan sarana penunjang kedaruratan tersebut menurut Noviar lantaran Pemda DIY sedikit yang paham dengan cara kerja anggota SAR.
Oleh karenanya, seringkali usulan pengajuan sarana penunjang kedaruratan itu pun dikesampingkan.
"Ya harapannya tim pengadaan anggaran Pemda DIY bisa sama-sama belajar dan evaluasi. Jangan terima hasil dari wisatanya saja," tanda Noviar. (TRIBUNJOGJA.COM)