Jawa
Sentra Kerajinan Makanan Borobudur Dibuka, Diberlakukan Ganjil Genap
SKMB sudah dibuka selama dua minggu dengan sistem ganjil genap untuk menghindari kerumunan dan menjaga jarak sesuai protokol kesehatan.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Hal ini akibat pandemi ini, jumlah wisatawan yang berkunjung sedikit dan terdapat pembatasan.
• Unik, Lemari Makan Gratis Ajak Warga Jogja Berbagi di Tengah Pandemi Covid-19
Pembatasan juga di SKMB ini. Wisatawan dibatasi 20 orang setiap mereka masuk ke pintu 1.
Kemudian beralih dibuka untuk pintu 2.
Pintu 1 ditutup sementara, secara bergantian, 20 orang.
"Yang lewat sini, 20 orang per pintu. Nanti lagi 20 orang. Pintu 3, 4, kemudian kembali ke pintu 1. Penjualan menurun drastis. Pertama pengunjung belum banyak dan minat beli menurun. Saya jalan dua minggu. Senin yang lalu, mulai. Hampir dua minggu ini, tapi sepi," kata Wiwin.
Selama empat bulan lalu ia libur berjualan karena pandemi, mulai 16 Maret 2020.
Ia mengaku hanya berdiam di rumah, tak ada pemasukan.
Baru kemudian SKMB dibuka, meski masih sepi.
Penurunan pendapatan ini sangat terasa.
Jika hari biasa sebelum Covid-19, ia mendapat hingga Rp 3 juta, pendapatan kotor.
Sekarang, tidak mesti ia dapat menjual satu barang dalam sehari.
Kadang bisa hanya satu atau dua potong kaos saja.
• Jumlah Pengunjung di Wisata Candi Borobudur dan Prambanan Dilaporkan Melebihi Kuota
Padahal harga kaos oleh-oleh khas Candi Borobudur sendiri yang ia jual hanya Rp 20.000 per potong.
Daster tiga potong Rp 100 ribu.
"Pendapatan kotor kalau ramai hari sabtu minggu, Rp 2-3 juta, dan itu sebelum corona. Libur sekolah, libur panjang. Sekarang sabtu mingu kadang laku, kadang tidak. Sekarang laku tiga potong aja alhamdulillah," tutur Wiwin.