Kisah Sarjana di Musirawas Utara jalani Ritual Mandir Darah Kerbau, Penuhi Nazar Sang Kakek

Kisah Sarjana di Musirawas Utara jalani Ritual Mandir Darah Kerbau, Penuhi Nazar Sang Kakek

Editor: Hari Susmayanti
Dok Pribadi
Fitri Romadona mandi darah kerbau di Desa Pauh I, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) 

TRIBUNJOGJA.COM, MURATARA - Seorang sarjana di Kabupaten Musirawas Utara (Muratara) Sumatera Selatan yang baru saja diwisuda menjalani ritual mandi darah kerbau.

Kerbau
Kerbau (TRIBUN JATENG)

Ritual mandi darah kerbau ini dilakukan oleh Fitri Romadona Sita (22) untuk memenuhi nazar kakeknya, almarhum Jipri.

Saat melakukan ritual mandi darah kerbau, Fitri hampir saja muntah karena tak kuat dengan bau anyir dari darah.

Warga Desa Pauh I, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatera Selatan itu mengaku nazar tersebut dilakukan secara turun temurun oleh keluarga sang nenek, Marhana (74) dan kakeknya.

Oleh karena itu, setelah Jipri meninggal, Fitri meneruskan memenuhi nazar sang kakek.

"Darah kerbau itu amis, saya hampir mau muntah, karena saya tidak tahan dengan baunya."

"Tapi tidak masalah, karena ini nazar kakek dan nenek saya, jadi harus dituruti," ujarnya, Selasa (4/8/2020).

PM Lebanon Sebut Gudang Bahan Kimia Beirut Telah Ada Sejak 2014

Museum Sonobudoyo Yogyakarta Gelar Pameran Perak

Abu Hendar (54), orangtua Fitri menjelaskan, nazar mandi darah kerbau ini dilakukannya secara turun temurun di keluarganya.

"Sudah tujuh keluarga kami yang mandi darah kerbau ini," kata Abu Hendar.

Abu Hendar menyebutkan, tujuh keluarganya itu ialah tiga saudaranya (anak Marhana) dan empat anaknya (cucu Marhana).

"Nah yang ini anak bungsu saya baru lulus kuliah," kata Abu Hendar yang merupakan anak Marhana.

Abu Hendar mengatakan, nazar mandi darah kerbau ini dicetuskan sejak bapaknya almarhum Jipri (suami Marhana) masih hidup.

Darah kerbau yang dimandikan pun dari kerbau miliknya sendiri, karena keluarga ini memiliki banyak ternak kerbau.

"Ini sudah menjadi tradisi di keluarga kami, tapi khusus keluarga kami, bukan tradisi kampung," kata Abu Hendar.

Setiap ada anggota keluarganya yang lulus kuliah, mereka menyembelih seekor kerbau peliharaannya.

Daging kerbau itu dimakan bersama-sama keluarga dan juga dibagikan kepada tetangganya.

"Kalau ada yang lulus kuliah, kami syukuran, menyembelih kerbau, dagingnya untuk dimakan, darahnya untuk dimandikan kepada yang baru lulus kuliah tadi," ujar Abu Hendar. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul " Jadi Sarjana, Sita Tepati Nazar Mandi Darah Kerbau, Ini Kisahnya"

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved