Disdik Kota Yogyakarta Mulai UjiCoba Program 'Guru Ngaruhke Murid'
Budi melanjutkan program Guru Mgaruhke Murid sudah mulai dilakukan, baik di tingkat SD maupun SMP.
Penulis: Christi Mahatma Wardhani | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Program guru berkunjung yang kemudian diberi nama 'Guru Ngaruhke Murid' mulai diujicobakan di beberapa sekolah yang ada di Yogyakarta.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Budi Santosa Asrori, mengatakan program Guru Ngaruhke Murid bukan hanya sebagai upaya sekolah mendistribusikan materi pelajaran, tetapi juga memberikan motivasi kepada siswa.
"Berikan pesan ke anak bahwa anak tidak sendiri di rumah, anak itu sedang sekolah. Dengan Guru Ngaruhke Murid,kami juga berupaya membesarkan hati anak, bahwa meskipun di rumah mereka punya sekolah," katanya, Minggu (02/08/2020).
Selain itu, Guru Ngaruhke Murid juga sebagai upaya untuk penyesuaian kebiasaan baru.
Menurut dia, perlu ada penyesuaian-penyesuaian dalam belajar selama pandemi COVID-19.
Pun ketika nanti sudah berangsur normal, pelajar sudah mendapat bekal, sehingga mudah adaptasi dengan kebiasaan baru.
Budi melanjutkan program Guru Mgaruhke Murid sudah mulai dilakukan, baik di tingkat SD maupun SMP.
Namun sebelumnya, pihak sekolah perlu meminta izin kepada orangtua siswa atau pengurus RT/RW.
"Kemarin di SMPN 15 Yogyakarta sudah mulai, SD Rejowinangun 3, SD Ngupasan, SD Keputran 1, beberapa titik sudah. Ini kan sebenarnya mengisi kekosongan. Kadang anak itu juga main dekat sekolah, jadi kemudian dimanfaatkan untuk belajar,"lanjutnya.
"Paling tidak satu minggu sekali dilakukan. Yang pasti janjian dulu, minta izin dengan orangtua. Tetapi kalau dalam satu daerah itu ada beberapa siswa di sekolah yang sama, kemudian belajar bersama si balai RW, ya harus izin ke Ketua RW,"sambungnya.
Meski demikian, ia memastikan protokol pencegahan COVID-19 tetap diterapkan.
Sebelumnya, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, mengatakan sebagian besar orangtua murid belum menghendaki pembelajaran tatap muka. Hal itu karena khawatir terjadi penularan di sekolah.
Menurut survei yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, sebanyak 54 persen orangtua murid tidak menghendaki pembelajaran tatap muka, sedangkan 46 lainnya menghendaki pembelajaran tatap muka.
"Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta juga melakukan survei terkait akses selama pembelajaran daring. Ternyata memang tidak semua murid bisa mengakses. Untuk itu kami coba dengan model guru berkunjung,"katanya.
Ia berharap, dengan adanya model pembelajaran Guru Berkunjung, dapat menjawab kelemahan selama pembelajaran daring. (*)