Menggigil ! Penyebab Suhu Dingin di Yogya yang Diperkirakan Terjadi Hingga Agustus
Beberapa waktu belakangan ini, wilayah Yogyakarta mengalami suhu jauh lebih dingin dari biasanya. Ini dirasakan terutama saat pagi dan malam hari.
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Mona Kriesdinar
Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Beberapa waktu belakangan ini, wilayah Yogyakarta mengalami suhu jauh lebih dingin dari biasanya.
Ini dirasakan terutama saat pagi dan malam hari.
Normalnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mencatat suhu untuk wilayah Bantul, Yogyakarta, Gunungkidul, Kulon Progo antara 23-31 derajat celcius.
Sementara untuk Kabupaten Sleman antara 22-31 derajat celcius.
Untuk fenomena kali ini, BMKG mencatat ada beberapa faktor terkait suhu dingin yang dirasakan saat ini mengalami peningkatan.
Kepala Stasiun Klimatologi, BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas menyampaikan, peningkatan suhu dingin kali ini dipengaruhi adanya tiupan angin timur atau dikenal Monsun Australia.
Angin tersebut mengarah ke Indonesia, khususnya ke wilayah DIY.
Ia menambahkan, pagi ini BMKG mencatat suhu minimum di DIY saat ini mencapai 18 derajat celcius.
"Pagi tadi tercarat sampai 18 derajat celcius. Diperkirakan sampai bulan Agustus masih bisa terjadi," katanya, Senin (26/7/2020).
• Update Corona Daerah Istimewa Yogyakarta 25 Juli - Riwayat 17 Pasien Baru COVID-19 dan Pasien Sembuh
Reni menerangkan, karakter dari angin Monsun Australia ini sifatnya kering dan tidak banyak membawa uap air.
Sehingga, lanjut dia, sulit untuk terbentuknya awan-awan hujan.
Dengan minimnya jumlah awan di atmosfir, maka akan mempengaruhi suhu di bumi.
Sementara menurutnya, keberadaan awan-awan di atmosfir berfungsi menjaga kelembaban bumi dengan menghambat pelepasan panas ke atmosfir.
"Pelepasan panas ini yang membuat suhu permukaan di bumi menjadi dingin saat musim kemarau," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)