Fenomena Embun Upas di Dataran Tinggi Dieng Muncul Selama 3 Hari Berturut-turut

Fenomena Embun Upas di Dataran Tinggi Dieng Muncul Selama 3 Hari Berturut-turut

Editor: Hari Susmayanti
KOMPAS.COM/DOK DINAS PARIWISATA DAN KEBUDATAAN BANJARNEGARA
Embun es muncul di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Minggu (26/6/2020) pagi. 

TRIBUNJOGJA.COM, WONOSOBO - Selama beberapa hari terakhir, suhu udara di sejumlah wilayah cukup dingin.

Bahkan di wilayah dataran tinggi Dieng, embun es atau warga setempat menyebutnya dengan nama embun Upas menyelimuti permukaan dedaunan selama tiga hari berturut-turut.

Embun upas muncul sejak Jumat (24/7/2020) hingga Minggu (26/7/2020) pagi.

Dataran tinggi Dieng kembali berselimut embun es pada Selasa (6/8/2019)
Dataran tinggi Dieng kembali berselimut embun es pada Selasa (6/8/2019) (IST | Widjatmiko untuk Tribun Jogja)

Suhu udara di dataran tinggi Dieng mencapai 0 derajat celcius sehingga memicu munculnya embun upas.

"Jumat suhu udara 0 derajat celsius, ada embun es, tapi tipis. Kemudian Sabtu embun es lebih tebal, tapi tidak ada data yang akurat berapa suhunya," kata salah satu karyawan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banjarnegara, Aryadi Darwanto, Senin (27/7/2020).

Aryadi menambahkan, embun es muncul paling banyak di kawasan kompleks Candi Arjuna.

Aryadi bahkan menyempatkan untuk naik ke kawasan tersebut.

Hingga Senin pagi, menurut Aryadi, Telaga Balekambang yang dipenuhi enceng gondok sempat tertutup embun es.

"Kemarin embun es muncul di sekitar Candi Arjuna dan Telaga Balekambang, belum sampai ke perkebunan warga. Tanaman eceng gondok yang di telaga tertutup embun es," kata Aryadi.

Suhu Udara Terasa Dingin karena Tiupan Angin Monsun Australia

Menggigil ! Penyebab Suhu Dingin di Yogya yang Diperkirakan Terjadi Hingga Agustus

Tujuh kali turun embun es

Sejak Januari 2020, fenomena embun es di Kawasan Dieng sudah terjadi sebanyak 7 kali.

"Pertama di Januari, karena adanya anomali cuaca, karena pengaruh Badai Diana di Laut Selatan Jawa kalau tidak salah," ungkap Aryadi.

Berikutnya, embun es kembali muncul di dataran tinggi Dieng pada Juni.

"Di bulan Juni ada. Kemudian ada lagi, tapi tidak tercatat, tidak terdokumentasikan, saya dapat laporan dari warga. Ramai lagi setelah ada yang nge-upload di medsos, saya lupa di Juni atau Juli, itu yang keempat," jelas Aryadi.

Puncak suhu dingin

Aryadi menjelaskan, fenomena tersebut diperkirakan akan terjadi hingga puncak dingin, yaitu di bulan Agustus-September.

Tahun lalu, suhu di sekitar bulan itu mencapai minus 9 derajat celsius.

"Puncak paling dingin kemungkinan bulan Agustus-September," katanya.

Penjelasan BMKG

Sementara itu, dari penjelasan Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena embun salju di Dieng disebabkan salah satunya karena perbedaan suhu ekstrem.

Di saat musim kemarau mencapai puncaknya, hampir setiap tahun wilayah di Indonesia bagian selatan akan merasakan suhu lebih dingin di malam hari terutama saat langit cerah.

“Hal itu disebabkan oleh monsun Australia (angin timuran) yang kering dan bertiup lebih kuat melewati lautan yang juga dingin,” tutur Dr Indra Gustari, ST., M.Si., selaku Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG kepada Kompas.com, Minggu (27/7/2020).

Penjelasan BMKG Soal Fenomena Suhu Terasa Lebih Dingin Hari Ini

Masuk Musim Kemarau

Ilustrasi
Ilustrasi (Shutterstock.com)

Tak hanya warga di sekitar dataran tinggi Dieng saja yang merasakan suhu dingin.

Warga di wilayah Yogyakarta pun juga merasakan hal yang sama.

Bahkan pantauan Tribunjogja.com Minggu (26/7/2020) meski matahari terik namun suhu udara lebih dingin pada siang hari dibanding sebelumnya.

Fenomena suhu hari ini, Minggu (26/7/2020), yang terasa lebih dingin dibandingkan biasanya masuk dalam daftar trending dalam pencarian Google.

Di media sosial, banyak yang mengaku merasakan suhu udara lebih dingin di beberapa daerah lain.

Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, fenomena suhu udara dingin merupakan fenomena alami yang biasa terjadi pada bulan-bulan puncak musim kemarau pada Juli-Agustus.

"Udara terasa dingin di bulan Juli belakangan ini lebih dominan disebabkan karena dalam beberapa hari terakhir di wilayah Indonesia, khususnya Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT) kandungan uap di atmosfer cukup sedikit," kata Hary saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/7/2020).

Hary menjelaskan, hal tersebut terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir.

Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas.

Hal ini mengakibatkan rendahnya kandungan uap di atmosfer sehingga membuat energi radiasi yang dilepaskan oleh Bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer, dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu udara atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan.

"Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan," ujar dia.

Selain itu, pada bulan Juni, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Sifat massa udara yang berada di Australia dingin dan kering.

Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (monsoon dingin Australia) semakin signifikan.

Hal ini berimplikasi pada penurunan suhu udara yang cukup signifikan pada malam hari di wilayah Indonesia khususnya Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

Hary mengatakan, saat puncak kemarau, umumnya umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa.

"Itu yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan," kata Harry. Kandungan air di dalam tanah juga menipis dan uap air di udara sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.

Hary memaparkan, BMKG memantau perkembangan musim kemarau hingga 20 Juli 2020 atau dasarian kedua Juli, dari 342 daerah ZOM di Indonesia, sebanyak 69 persen ZOM telah memasuki musim kemarau seiring dominannya sirkulasi angin Monsun Australia yang bersifat kering yang bertiup dari arah Timur–Tenggara.

Adapun daerah yang telah memasuki musim kemarau antara lain:

- Nusa Tenggara Timur

- Nusa Tenggara Barat

- Bali

- Jawa Timur

- Sebagian besar Jawa Tengah

- Sebagian besar Jawa Barat

- Pesisir utara Banten DKI Jakarta

- Sumatera Selatan bagian timur Jambi bagian timur

- Sebagian besar Riau

- Sebagian besar Sumatera Utara

- Pesisir timur Aceh

- Kalimantan Tengah bagian selatan

- Kalimantan Timur bagian timur

- Kalimantan Selatan bagian utara

- Sulawesi Barat bagian selatan

- Pesisir selatan Sulawesi Selatan

- Sulawesi Utara bagian utara

- Maluku bagian barat

- Papua Barat bagian timur

- Papua bagian utara dan selatan 

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Fakta Unik Fenomena Embun Es di Kawasan Dieng, 7 Kali Terjadi di Tahun Ini 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved