Perajin Batik Lukis di Kota Yogyakarta Dongkrak Penjualan Secara Daring

Richo juga merupakan anggota yang tergabung dalam komunitas penjualan di kampung Cyber, kota Yogyakarta.

Tribun Jogja/ Nanda Sagita Ginting
Suasana outlet Daniels Clothing, produk batik lukis yang berlokasi di Taman KT/480 RT 38 RW 09, kota Yogyakarta,pada Selasa (14/07/2020). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Nanda Sagita Ginting

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penjualan secara daring ternyata mendongkrak penjualan bagi beberapa outlet usaha di sekitar kampung Cyber, kota Yogyakarta.

Satu di antaranya Richo Ade Arvian (26), pemilik Daniels Clothing, produk batik lukis yang berlokasi di Taman KT/480 RT 38 RW 09, kota Yogyakarta.

Richo juga merupakan anggota yang tergabung dalam komunitas penjualan di kampung Cyber, kota Yogyakarta.

Richo mengatakan, selama pandemi pendapat dari outlet miliknya didongkrak dari penjualan secara daring.

"Hampir 75 persen penjualan selama pandemi didapat dari penjualan online. Karena sejak taman wisata Taman Sari ditutup beberapa bulan lalu, outlet kami pun tutup," ujar Richo kepada TRIBUNJOGJA.COM, pada Selasa (14/07/2020).

Terhitung Maret hingga Juni 2020, Richo sudah bisa memasarkan produknya hingga 30 baju batik tulis.

Adapun, pembelinya dari penjualan daring kebanyakan berasal dari luar wilayah Yogyakarta.

Seperti, wilayah, Jawa Timur, Sumatera, hingga Kalimantan.

"Kalau pembeli online sudah ke seluruh Indonesia bahkan luar negeri seperti Hongkong juga ada yang pesan. Biasanya mereka (pembeli) yang memesan sebelumnya sudah pernah membeli di sini," ujar Richo.

Kaus yang diproduksi Richo, untuk pengerjaannya bisa menghabiskan waktu hingga tiga hari. Harga yang ditawarkan pun mulai dari Rp150 ribu hingga Rp250 ribu per bajunya tergantung tingkat kesulitan pembuatan motifnya.

Di sisi lain, menurut Antonius Sasongko (41) ketua RT36, RW 09, kelurahan kepatihan Keraton, kampung cyber, kota Yogyakarta, penjualan digital memang sedikit tidaknya membantu para pelaku usaha terutama di kampung Cyber dan lokasi wisata taman sari untuk memasarkan produknya selama pandemi.

Adapun biasanya, para pelaku usaha biasanya memanfaatkan media digital berupa Whatssapp, Instagram, dan Facebook.

Sebelumnya, kampung Cyber, kota Yogyakarta, juga telah membuat situs penjualan www.kampungcyberjogja.com, yang diperuntukan bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di kampung tersebut.

"Sekitar oktober 2019 lalu, situs belanja mulai digunakan UMKM di sini. Sudah ada sekitar 30 UMKM yang tergabung yang didominasi sektor penjualan batik," jelasnya.

Menurut Antonius, adanya pandemi memang membuat daya beli masyarakat secara konvensional melemah.

Sehingga pemanfaatan platform digital untuk penjualan perlu dilakukan.

"Beberapa pelaku usaha memang merasa terbantu dengan adanya penjualan secara daring. Apalagi sejak ditutupnya wisata di kawasan taman sari," terangnya.

Antonius menambahkan, kedepannya kampung Cyber, kota Yogyakarta akan terus lakukan pelatihan dan pengembangan bagi UMKM untuk penggunaan media digital.

"Rencananya akan dilakukan update lagi untuk platform digitalnya. Sebelumnya kami juga akan lakukan pelatihan penggunaan media digital namun karena pandemi terpaksa ditunda," pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved