Ikut Meneliti Vaksin Virus Corona, Thailand Siapkan 10 Ribu Dosis Uji Coba untuk Manusia

TRIBUNJOGJA.COM, BANGKOK - Dalam hal penanganan Virus Corona, bisa dibilang Thailand merupakan negara yang cukup baik menangani pandemi.

Hingga kini, kasus positif COVID-19 hanya 3.217 orang dengan tingkat kesembuhan lebih dari 90 persen.

Bahkan, di Asia Tenggara, Thailand juga menjadi salah satu negara yang ikut meneliti vaksin Virus Corona.

Baru-baru ini, peneliti di negeri gajah putih akan memulai ujicoba Vaksin corona untuk manusia.

Uji coba itu rencananya akan digelar di bulan November dengan menyediakan 10 ribu dosis vaksin.

Bisa dibilang mereka cukup yakin dengan vaksin yang dihasilkan. Sebab, belum lama ini, ketika uji coba pada primata, hasil yang didapat cukup memuaskan.

“Kami siap untuk mengujicobakan vaksin ini kepada manusia, melihat hasilnya cukup baik pada primata,” ujar Kiat Ruxrungtham, Direktur Program Pengembangan Vaksin Universitas Chulalongkorn di Bangkok dilansir Tribunjogja.com dari SCMP.

"Awalnya kami akan mengirim mereka pada bulan Juni, tetapi tidak mudah untuk merencanakan semuanya," kata Kiat pada konferensi pers.

• Ini Perkiraan Harga Vaksin Virus Corona Menurut Pemerintah, Kapan Bisa Diperoleh?

Sampai sekarang, memang belum ada vaksin yang disetujui untuk mengusir virus yang menyebabkan COVID-19.

Namun, setidaknya ada 19 kandidat vaksin yang sedang dibuat untuk manusia secara global. Cina memimpin perlombaan, dengan vaksin eksperimental oleh Sinovac Biotech.

Fasilitas pertama Thailand harus menyelesaikan produksi pada bulan Oktober dan mengirim produk ke fasilitas kedua, yang akan selesai pada bulan November, katanya.

Awalnya target paling awal adalah September, tetapi Kiat mengatakan tidak cukup vaksin saat itu.

Fasilitas di San Diego dan Vancouver akan menghasilkan 10.000 dosis untuk uji coba untuk 5.000 orang.

Kelompok pertama, berusia 18 hingga 60 tahun, akan menerima dosis vaksin yang berbeda, katanya.

Uji coba tidak akan menerima sukarelawan sampai pihaknya menerima persetujuan dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan Thailand dan komite etika, kata Kiat.