Prediksi Puncak Musim Kemarau di DIY, Diperkirakan Akan Berlangsung hingga September 2020

BMKG memprediki musim kemarau di wilayah DIY kemungkinan masih akan berlangsung hingga September 2020 mendatang.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNjogja.com | Bramsto Adhy
ILUSTRASI cuaca panas 

“Pagi dingin sekali karena di atmosfer itu tidak banyak pertumbuhan awan-awan. Sinar matahari akan dipancarkan kembali sebagai radiasi gelombang ke angkasa tanpa ada halangan. Kalau ada awan kan (sinar matahari) balik lagi jadi hangat, kalau sekarang perginya ke angkasa semua. Sehingga yang dirasakan masyarakat kondisi udara cukup dingin saat Subuh,” urainya.

Kekeringan di Kabupaten Gunungkidul telah membuat beberapa telaga mengering, seperti yang terjadi di telaga Klumpit Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul.
Kekeringan di Kabupaten Gunungkidul telah membuat beberapa telaga mengering, seperti yang terjadi di telaga Klumpit Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul. (TRIBUNJOGJA.COM / Wisang Seto)

Ditanya terkait sampai kapan musim kemarau kemungkinan terjadi, Reni menerangkan dari prediksi sementara, kondisi ini masih bertahan hingga September.

Sementara, mendekati Oktober sudah akan mulai ada hujan.

Ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk bijak dalam menghadapi kondisi kemarau.

Di antaranya menghemat air sebab cadangan air tanah sedikit dikarenakan curah hujan yang menipis.

“Musim kemarau saat ini sebenarnya tidak kering sekali. Cuma pada puncak kemarau biasanya memang yang dirasakan masyarakat kondisi cuaca yang cukup terik, nah masyarakat diimbau untuk menyikapi dengan bijak terkait cuaca yang panas. Di antaranya dengan menjaga kondisi tubuh agar tidak dehidrasi pada saat keluar rumah,” bebernya.

Kekeringan Berpotensi Terjadi di 17 Desa di Kabupaten Magelang Saat Kemarau

Persiapan Hadapi Musim Kemarau, BPBD Gunungkidul Mulai Petakan Wilayah Rawan Kekeringan

Sementara, bagi petani pada saat ini karena tidak ada curah hujan dapat menyikapinya dengan menanam palawija, bukan padi.

Sedangkan untuk masyarakat di pesisir pada Juli dan Agustus diimbau untuk tidak mendekati bibir pantai.

“Karena angin timurannya cukup kencang biasanya tinggi gelombang dominan tinggi. Harus bijak menghadapi kondisi cuaca seperti itu dengan tidak berada di pinggir pantai. Berwisata silakan, tapi tidak mendekati bibir pantai. Update terus informasi BMKG di media sosial BMKG,” pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved