Jawa
Kekeringan Berpotensi Terjadi di 17 Desa di Kabupaten Magelang Saat Kemarau
Bulan Agustus 2020 mendatang diperkirakan akan menjadi puncak musim kemarau. ekeringan dan kebakaran lahan dan hutan pun berpotensi terjadi.
Penulis: Rendika Ferri K | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNJOGJA.COM, MAGELANG - Bulan Agustus 2020 mendatang diperkirakan akan menjadi puncak musim kemarau.
Kekeringan dan kebakaran lahan dan hutan pun berpotensi terjadi.
Berdasarkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, ada 17 desa yang masih berpotensi kekeringan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, Edy Susanto, menyampaikan, berdasarkan BMKG, bulan Agustus nanti diperkirakan akan menjadi puncak musim kemarau.
• Persiapan Hadapi Musim Kemarau, BPBD Gunungkidul Mulai Petakan Wilayah Rawan Kekeringan
Bulan Juni 2020 ini sendiri, curah hujan menjadi sangat rendah.
Langkah antisipasi terhadap kekeringan dan kebakaran lahan dan hutan segera dilaksanakan oleh BPBD Kabupaten Magelang.
"Bulan Agustus 2020, puncak kemarau. Sekarang ini curah hujan juga sudah mulai rendah sekali, sehingga masuk musim kemarau. Yang kita antisipasi terutama adalah kekeringan dan kekurangan air bersih. Tapi lebih dari itu kebakaran lahan juga jadi prioritas kesiapan," kata Edy, Selasa (30/6/2020) saat ditemui di rumah dinas Bupati Magelang.
Edy mengatakan, pihaknya dalam waktu dekat akan segera berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Rapat koordinasi akan dilaksanakan untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Hingga saat ini, belum ada yang mengajukan dropping air bersih, tetapi dropping telah disiapkan.
Sekitar 600 tangki air bersih saat ini masih tersedia, belum ditambah dengan bantuan dari pihak swasta.
• BREAKING NEWS : Update Covid-19 DIY 30 Juni 2020, Satu Keluarga Dinyatakan Positif
"Kita kalau 600 tangki masih tersedia. Itu nanti belum lagi ditambah dengan karena memang konsep penanganan bencana kita melibatkan pihak swasta. Bukan kita kurang dana, tapi memang untuk membangun kebersamaan," katanya.
Sebanyak 17 desa yang tersebar di delapan kecamatan yang sampai saat ini masih rawan atau berpotensi terjadi kekeringan.
Data tersebut terus mengalami perubahan.