Aktivitas Merapi

BPPTKG Sebut Magmatisme Gunung Merapi Lebih Kompleks

Gas Gunung Merapi yang dikeluarkan pada September 2019-Juni 2020 tidak terdeteksi adanya SO2 pada sebelum, saat, dan setelah erupsi.

Penulis: Maruti Asmaul Husna | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Kepala Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida dalam Seminar Mitigasi Bencana Geologi secara daring, Rabu (1/7/2020). 

“Gas memainkan peran lebih penting dalam menentukan eksplosivitas di Merapi. Semakin banyak gas magma akan semakin mudah terfragmentasi saat dekat dengan permukaan, magma yang terfragmentasi memicu letusan yang lebih eksplosif,” terangnya.  

Dilihat dari morfologi abu Gunung Merapi, abu selama April-Juni 2020 bersifat blocky atau sangat pejal, meskipun ada juga yang berlubang tetapi berbeda dengan abu 2010, sifatnya bukan vesicles (gas terlihat sekali).

Tebing Kawah Gunung Merapi Terkikis, ke Depan Sektor Kali Boyong dan Krasak Perlu Diwaspadai

“Sehingga kita bisa simpulkan magma Merapi saat ini mengalami degassing sebelum tererupsikan,” imbuhnya.

Hanik melanjutkan, gas Gunung Merapi yang dikeluarkan pada September 2019-Juni 2020 tidak terdeteksi adanya SO2 pada sebelum, saat, dan setelah erupsi.

Ini mengidentifikasikan kecilnya kandungan SO2.

“Hanya sedikit di April 2020 ada 0.07 ton per hari. Ini sangat berbeda dengan erupsi 2010, ini sama eksplosifnya, dari gas SO2 2010 sampai 332.000 ton per hari,” ungkapnya.

Sementara, untuk gas CO2 pada 2018 hingga sekarang, Hanik mengatakan pihaknya memantau secara daring atau real time.

“Tren kenaikan CO2 masih terjadi, VTA dan hembusan juga meningkat,” pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved