Wabah Corona

Ahli Epidemiologi UGM : Syarat Masa Transisi Harus Siap Hadapi Lonjakan 20 Persen Kasus Covid-19

Ahli Epidemiologi Universitas Gajah Mada (UGM) dr. Riris Andono Ahmad mengatakan, sudah semestinya Pemda DIY harus merubah mode penangan Covid-19.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Ari Nugroho
istimewa
Ahli Epidemiologi UGM, dr Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D 

dr. Doni menambahkan, ada beberapa syarat yang harus disiapkan dalam masa transisi.

Pertama, kesiapan dari segi medis, kedua dari segi epidemiologis. Dua hal itu menjadi perlu dan harus diperbaiki respon serta penanganannya.

"Kalau dari BNPB itu kan mensyaratkan kalau siap transisi harus menyiapkan sarana dan prasarana jika menghadapi lonjakan kasus melebihi 20 persen," ungkapnya.

Laboratorium FK UMY Jadi Rujukan Pengujian Sampel Tes COVID-19

DIY Hanya Ada Terapi Plasma Konvalesen (TPK)

Bicara tentang kesiapan menghadapi lonjakan kasus ketika masa transisi, DIY hanya masih memiliki cara Terapi Plasma Konvalesen (TPK).

Itu pun oleh pihak Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta masih dalam proses uji lab sampai saat ini.

Saat disinggung mengenai kesiapan, dr. Doni mengatakan apa pun sistemnya semua dapat diupayakan.

Termasuk metode TPK berupa transfer plasma mantan pasien Covid-19 yang sembuh kepada pasien yang terindikasi positif Covid-19.

Metode tersebut dapat dikatakan pula sebagai vaksin pasif. Melihat hal kondisi seperti ini, apakah DIY sudah siap?

"Berbicara siap tidak siap, saya belum berani menjawab. Intinya Pemda DIY harus menyiapkan," imbuhnya.

Sementara grafik Covid-19 di DIY untuk saat ini, menurut dr. Doni, data terakhir paling banyak terjadi lonjakan kasus Covid-19 dari impor, atau luar DIY.

Misalnya klaster penjual ikan asal Purworejo yang dinyatakan positif saat bertransaksi dengan pedagang di Kulon Progo.

Secara epidemiologi, transmisi lokal sudah mulai berkurang. Selain itu ia menganggap jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit juga sudah semakin berkurang.

Gedung karantina juga sudah mulai kosong. Meski begitu, dirinya tetap mewaspadai adanya lonjakan kasus yang lebih besar.

"Kasusnya menurun. Banyak pasien yang dirawat sudah kembali. Kasus berat memang tidak bertambah. Tapi itu tidak bisa disimpulkan penyebaran Covid-19 sudah berakhir," urainya.

Karena, jika berbicara terkait kesiapan, ia mencontohkan di Singapura secara sistem penanganan sangatlah bagus.

Namun, tetap saja mereka kebobolan. Dalam artian, kasus Covid-19 tetap akan ditemui.

"Yang menjadi fokus ya terkait ketepatan penanganan, kecepatan dan respon Pemda itu sendiri," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved