Pengunjung Malioboro Dibatasi Tak Lebih 2.500 Orang Selama Masa Transisi

Pemerintah Kota Yogyakarta membatasi jumlah pengunjung yang akan masuk kawasan Malioboro untuk menerapkan protokol social

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com | Hasan Sakri
PENGGUNAAN MASKER. Pesepeda menggunakan masker saat berkatifitas di kawasan Malioboro, KOta Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat berkatifitas diluar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona. 

Selain kapasitas pengujung, ada kemungkinanan pihaknya membatasi durasi kunjungan.

"Kita akan terus kembangkan QRcode ini, supaya tidak hanya menjadi alat untuk memantau saja, tetapi menjadi promosi pariwisata di Kota Yogyakarta,"tutupnya.

TANPA MASKER, Warga tidak menggunakan masker saat berkatifitas di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat berkatifitas diluar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona
TANPA MASKER, Warga tidak menggunakan masker saat berkatifitas di kawasan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (8/6/2020). Pemda DIY telah mengeluarkan aturan bagi warga wajib menggunakan masker saat berkatifitas diluar rumah untuk mengurangi paparan virus Corona (Tribunjogja.com | Hasan Sakri)

Apa Kata PKL

Dalam satu hingga dua pekan terakhir, pengunjung kawasan Malioboro berangsur-angsur mengalami peningkatan. Bahkan, sudah terdapat pengunjung dari luar DIY.

“Pengunjung alhamdulillah sudah ada dari luar, seperti Bandung, dan sebagainya tapi belum banyak,” ujar pedagang kaki lima (PKL) di Malioboro, Ilyas atau lebih dikenal Welly.

Pedagang yang juga anggota dari persatuan pelukis, perajin, dan PKL Malioboro-Ahmad Yani (Pemalni) ini mengatakan jika saat masa awal Covid-19 dagangannya tidak terjual sama sekali dalam sehari, maka hari-hari belakangan sudah ada 1-2 barang yang terjual.

Pemerintah Kota Yogyakarta berencana melakukan pembatasan pengunjung di Malioboro dari yang biasanya 5.000-10.000 pengunjung menjadi hanya 2.500 pengunjung saja untuk mencegah penularan Covid-19 di kawasan Malioboro.

Menanggapi hal ini, Welly mengaku tak setuju dengan rencana pembatasan tersebut.

“Tak perlu pembatasan, tapi yang penting pengawasan. Apabila dibatasi nanti orang semakin malas datang. Sekarang saja masalah parkir yang tidak ada, orang (yang datang) sudah terbatas. Malioboro ini kan ikon kita Yogyakarta, nanti semakin lama bangkitnya,” ungkap Welly.

Dia mengungkapkan, petugas keamanan Malioboro atau Jogoboro yang ada saat ini sudah cukup untuk mengingatkan para pengunjung yang tidak mematuhi protokol kesehatan.

“Apalagi ada petugas dari gugus tugas sudah cukup. Tapi kalau dibatasi orang yang masuk, bencana bagi kita. Soalnya di Malioboro kan sekarang belum optimal dibuka, toko saja baru 1-2 yang buka,” tutur Welly.

Welly mengaku dirinya pernah mengimbau untuk semua toko dan PKL supaya dibuka dengan tujuan mengundang orang datang ke Malioboro.

Selain itu, lanjut dia, di kawasan Malioboro saat ini sudah ada petugas yang mengingatkan dengan pengeras suara. “Tidak dibatasi (jumlah pengunjung), tapi yang penting diingatkan setiap saat. Walaupun ramai orang jangan lupakan perintah protokol kesehatan,” tandasnya.

“Setiap ada yang berkerumun baik pengunjung atau kami pedagang ada petugas yang mengingatkan. Semakin cepat orang datang ke Malioboro, semakin cepat bangkitnya ekonomi Jogja,” sambung Welly. ( Tribunjogja.com | Tet | Uti )

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved