Wabah Virus Corona

UPDATE Terkini 5 Juni Jumlah Kasus Virus Corona Bertambah 703, Total Pasien COVID-19 Jadi 29.521

Dengan begitu, sejak awal diumumkan Maret lalu hingga Jumat sore hari ini, jumlah Pasien Positif Covid-19 di Tanah Air mencapai 29.521 kasus.

Editor: Rina Eviana
Kompas.com/Kristianto Purnomo
Petugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan uji cepat (rapid test) massal Covid-19 dengan skema drive thru di GOR Pajajaran, Bogor, Sabtu (4/4/2020). Sebanyak 128 orang dalam pemantauan (ODP) mengikuti rapid test ini dari target 284 orang. 

Sebagian negara lebih memilih menggunakan aplikasi berbasis bluetooth. Salah satunya Indonesia yang sudah memiliki aplikasi bernama PeduliLindungi. Aplikasi ini kurang lebih sama dengan yang dikembangkan pemerintah Singapura, bernama TraceTogether.

PeduliLindungi akan mengumpulkan data yang diperlukan dari ponsel pengguna sambil mengaktifkan koneksi bluetooth.  

UPDATE Virus Corona di Seluruh Dunia 5 Juni 2020, Daftar 20 Negara dengan Catatan Kasus Tertinggi

Ketika ada ponsel lain dalam jangkauan bluetooth yang juga terdaftar dalam aplikasi PeduliLindungi, akan ada pertukaran informasi yang direkam oleh masing-masing perangkat. Lalu, aplikasi akan mengidentifikasi orang-orang yang pernah berada dalam jarak dekat, dengan orang yang dinyatakan positif Covid-19 atau berstatus PDP dan ODP.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate mengatakan data pengguna aplikasi PeduliLindungi aman. Seluruh data akan dihapus apabila pandemi Covid-19 berakhir. "Telah menugaskan dan mewajibkan semua pihak yang mengelola aplikasi ini untuk melakukan pembersihan seluruh data nanti pada saat keadaan darurat kesehatan berakhir," jelas Johnny dalam sebuah konferensi pers di Graha BNPB, Sabtu (18/4/2020).

GPS berpotensi langgar privasi

ILUSTRASI - Suasana RDT massal hari ketiga di GOR Pangukan, Kamis (14/5/2020)
ILUSTRASI - Suasana RDT massal hari ketiga di GOR Pangukan, Kamis (14/5/2020) (IST| Dok Humas Sleman)

GPS tidak menjadi pilihan beberapa negara untuk melacak pergerakan pasien COVID-19 karena warganya khawatir jika data mereka disimpan pemerintah dan bisa disalahgunakan. Apalagi, jika informasi tentang kesehatan bocor, bisa merugikan individu.

Bahkan Google dan Apple yang bekerja sama membuat API khusus untuk aplikasi pelacak corona, melarang penggunaan GPS apabila pemerintah mengembangkan aplikasi menggunakan sistem mereka.

Sistem buatan Google dan Apple hanya menggunakan sinyal bluetooth untuk mendeteksi kontak, tidak menggunakan atau menyimpan data lokasi GPS.

Selain karena alasan privasi, GPS dinilai menghabiskan banyak data jika terus menerus diaktifkan. Kini, tools untuk melacak penyebaran virus tersebut kabarnya sudah disebar ke berbagai lembaga kesehatan dunia, sehingga lembaga-lembaga tersebut bisa mengembangkan aplikasi pelacak COVID-19, baik di platform Android maupun iOS. Setiap negara hanya diperbolehkan membuat satu aplikasi pelacak berbasis sistem Google dan Apple.

Tujuannya adalah untuk meminimalisir fragmentasi dan agar bisa diadopsi lebih luas.(Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved