Wabah Virus Corona
UPDATE Terkini 5 Juni Jumlah Kasus Virus Corona Bertambah 703, Total Pasien COVID-19 Jadi 29.521
Dengan begitu, sejak awal diumumkan Maret lalu hingga Jumat sore hari ini, jumlah Pasien Positif Covid-19 di Tanah Air mencapai 29.521 kasus.
Seperti di Indonesia, Korea Selatan juga tidak menerapkan lockdown atau karantina wilayah. Prinsip TRUST, yakni transparency (transparansi), robust screening and quarantine (skrining dan karantina yang kuat), universally applicable testing (tes yang universal), strict control (kontrol yang ketat) dan treatment (perawatan), menjadi kunci kesuksesan Korea Selatan.
Kontrol yang ketat ditunjang oleh berbagai teknologi, seperti riwayat transaksi kartu kredit, rekaman CCTV, dan aplikasi berbasis GPS mobile. Melansir Straits Times, pemerintah Korea Selatan mengembangkan aplikasi berbasis GPS bernama "selfhealth check". Aplikasi itu pertama kali digunakan di Daegu dan sekitar provinsi Gyeongsang Utara.
Aplikasi itu digunakan untuk melacak pendatang yang baru tiba di Korea Selatan, dan juga mengawasi mereka yang sedang dikarantina.
• Menristek Sebut Indonesia Bisa Bikin Vaksin Virus Corona Mandiri, Imunisasi Massal Bisa Tahun Depan
Apabila mereka meninggalkan lokasi karantina, maka alarm di ponsel akan berbunyi. Data GPS ini juga digunakan untuk melacak siapa saja yang pernah berkontak dengan pasien postif.
Selain itu, GPS juga akan memberi tahu pengguna lokasi yang pernah dikunjungi pasien positif COVID-19 100 meter sebelum sampai di lokasi tersebut. Namun, aplikasi ini memuat beberapa informasi pribadi, seperti kewarganegaraan, gender, dan usia.
Ada pula aplikasi serupa bernama Coronamap. Dengan aplikasi ini pengguna bisa melihat sekilas melalui peta, di mana pasien menjalani karantina.
Ada juga informasi tanggal kasus terkonfirmasi dan rumah sakit mana saja yang dikunjungi pasien positif. Aplikasi Digital Diary di Selandia Baru Selandia Baru membuat terobosan agak berbeda dengan Korea Selatan.
Alih-alih membuat aplikasi pelacak COVID-19 saat kasus memuncak, negara ini malah baru membuat aplikasi berbasis GPS saat kasus melandai.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern menyebut aplikasi pelacak tersebut sebagai "digital diary". Aplikasi itu mencatat perjalanan pribadi penggunanya sambil memastikan data yang tersimpan aman. "Sambil berjaga-jaga jika pada kemudian hari Anda terjangkit COVID-19, Anda punya referensi untuk menceritakan ke mana saja Anda pergi dalam periode tertentu," kata Ardern, seperti dikutip Antara dari dari Reuters (18/5/2020).
Melansir Newsroom, aplikasi ini akan membantu pengguna ketika mereka keluar dari tempat keramaian, seperti restoran atau kafe, sambil menyimpan data pergerakan mereka.
Ardern mengatakan data pengguna tidak akan dibagikan ke pihak manapun.
"Itu untuk Anda, itu perangkat Anda, dan itu data serta informasi Anda," kata Ardern. Berbeda dengan Indonesia atau Korea Selatan, Selandia Baru sempat menerapkan lockdown atau karantina wilayah selama hampir lima pekan.
Namun saat ini, Selandia Baru telah melonggarkan pembatasan sosial sejak tidak ada kasus baru COVID-19 yang terkonfirmasi.
Indonesia punya "PeduliLindungi"
Akan tetapi, GPS bukan satu-satunya teknologi yang digunakan untuk melacak pergerakan warga demi membendung penularan COVID-19.