Yogyakarta

Pedagang Kaki Lima di Jalan Malioboro Gunakan Face Shield saat Berjualan

Adanya pandemi Covid-19 dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah membuat wisatawan yang berkunjung di Jalan Malioboro

Penulis: Sri Cahyani Putri | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM / Hasan Sakri
BERDAGANG DENGAN AMAN. Pedagang kaki lima Malioboro menata barang dagangannya saat akan berjualan di jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Senin (1/6/2020). Sejumlah PKL kembali berjualan setelah tidak berdagang semenjak merebaknya pandemi virus Corona dengan memperhatikan protokol kesehatan, dengan penggunaan masker dan pelindung. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Sri Cahyani Putri Purwaningsih

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Adanya pandemi Covid-19 dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah membuat wisatawan yang berkunjung di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta mengalami penurunan.

Ditambah dengan adanya imbauan dari Pemerintah yang harus ditaati masyarakat dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Setelah libur lebaran, salah satu pedagang kaki lima di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta bernama Wati Rudiarto memilih membuka dagangannya kembali.

Namun tampak penampilannya berbeda ketika orang-orang yang melihat ibu yang memiliki 3 orang anak ini saat membuka dagangannya.

Setiap pagi saat menata barang dagangannya, ia selalu memakai alat pelindung diri berupa masker dan pelindung wajah (face shield).

PKL di Malioboro Bangkit Perlahan Memutar Roda Perekonomian di Tengah Pandemi

"Semenjak merebaknya Covid-19, setiap pagi saat menata dagangan saya selalu menggunakan masker dan face shield bahkan kadang juga memakai sarung tangan. Hal ini saya lakukan agar tidak tertular Covid-19 soalnya kan kita tidak tahu wisatawan yang datang terbebas dari Covid-19 atau tidak. Walaupun sekarang yang datang kebanyakan dari asli Jogja setidaknya ini sebagai antisipasi saja," jelasnya saat ditemui TribunJogja.com di Jalan Malioboro Senin (1/6/2020).

Tak hanya itu, merebaknya Covid-19, juga membuat Wati tidak hanya mengandalkan berjualan batik saja tetapi ia mulai merambah ke penjualan masker dan pelindung wajah (face shield).

"Soalnya berjualan baju sekarang ini tidak laku jadi harus kreatif untuk berjualan yang lain. Jadi sekarang mulai berjualan masker dan berjualan face shield untuk menambah pemasukan. Kebetulan yang membuat face shield ini suami saya sendiri," kata Wati.

Face shield yang dijualnya terbuat dari bahan akrilik dan dipatok dengan harga Rp 20.000 hingga Rp 25.000.

Selain itu, face shield yang dibuatnya tidak hanya melayani secara eceran namun melayani secara grosir juga.

Pandemi Covid-19 tidak hanya membuat pengunjung di Malioboro mengalami penurunan namun juga berdampak pada penghasilan para pedagang kaki lima.

UPDATE Terkini Virus Corona di Indonesia 1 Juni 2020: Bertambah 467, Kasus Positif Kini Jadi 26.940

"Untuk hari ini saja saya baru laku batik 1 dan 4 face shield. Alhamdulillah kalau jualan face shield masih laku saat ini," ucap perempuan yang tinggal di Daerah Gamping ini.

Lebih lanjut, ia mengatakan untuk pemakaian face shield tidak hanya untuk menghadapi new normal saja.

Perempuan yang juga menjadi Ketua PKK Srikandi Tri Dharma ini juga mengajak teman-teman pedagang kaki lima yang lain untuk selalu memakai face shield setelah new normal nanti. (TRIBUNJOGJA.COM)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved