Angka Kelahiran Bayi di Indonesia Diprediksi Meningkat Setelah Pandemi Virus Corona Berakhir
Angka Kelahiran Bayi di Indonesia Diprediksi Meningkat Setelah Pandemi Virus Corona Berakhir
Terkait kenaikan angka kehamilan di masa pandemi ini, sebelumnya juga beredar jumlah ibu hamil di Tasikmalaya, Jawa Barat, yang naik 105 persen.
Namun, belakangan Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat meralat persentase data kenaikan jumlah ibu hamil di Kota Tasikmalaya yang sempat viral itu.
Ia menyatakan, terdapat kesalahan dalam membaca data.
"Selama ini ada kesimpangsiuran data tentang kenaikan ibu hamil sebanyak 105 persen di masa pandemi Covid ini."
"Maka dengan ini Dinas Kesehatan mengklarifikasi bahwa angka 105 persen itu ada kesalahan penyampaian persepsi dalam pembacaan data," kata Uus kepada Kompas.com Jumat (8/5/2020).
Ibu hamil di Tasikmalaya pada Januari, Februari, dan Maret 2020 berjumlah 3.219 menurut data Dinas Kesehatan dan Dinas PPKBP3A.
Menurut Uus, jumlah kenaikannya masih wajar jika dibandingkan dengan tiga bulan yang sama pada tahun sebelumnya, yakni sekitar 5 persen.
Meski demikian, ada juga beberapa daerah yang mengalami penurunan, salah satunya adalah Sumatera Selatan.
Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, mencatat sebanyak 75.000 angka kehamilan selama pandemi virus corona.
"Dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, mencapai 83.000 kehamilan. Artinya (angka kehamilan) mengalami penurunan," kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Sumsel, Lisa Marniyati pada Kamis (14/5/2020).
Angka kehamilan yang naik selama masa pandemi diprediksi akan menyebabkan ledakan angka kelahiran sembilan bulan sampai setahun ke depan.
Bisa ada tambahan 300.000-450.000 kehamilan
Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, membenarkan kemungkinan terjadinya baby boom karena pagebluk corona.
Di luar kehamilan yang memang dikendaki seperti yang dijalani Retno dan Wenni, Hasto menggunakan alat ukur sebagai acuan penghitungan estimasi angka kehamilan.
"Prediksi ini secara biologis bisa ada benarnya, karena data di saya penurunan penggunaan kontrasepsi di bulan Maret dan April bisa 10 persen," kata Hasto dikutip dari ABC News.