Update Corona di DI Yogyakarta

Darurat Recovery, 20 Hotel di DIY Mulai dilelang

Kondisi 498 hotel dan restoran yang tergabung di PHRI DIY mulai sekarat.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Gaya Lufityanti
file.alotrip.com
ilustrasi hotel 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Miftahul Huda

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) wilayah DIY turut merespon persiapan recovery atau pemulihan sektor pariwisata di DIY. 

Mendengar rencana dari Pemerintah Daerah (Pemda) DIY tersebut, PHRI menyambut baik tentang pemulihan pasar wisata di DIY.

Namun, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan oleh Pemda DIY dalam mengambil langkah tersebut. 

Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo mengungkapkan, pemulihan kondisi ini harus berdampingan dari hulu ke hilir.

Artinya semua pelaku wisata dari elemen terkecil hingga yang besar harus dilibatkan.

Ia menganggap, konsep recovery harus benar-benar dimatangkan.

PHRI Berkolaborasi dengan Cakap di Bidang Pariwisata

Karena berkaca dari kota wisata lain Bali misalnya, menurut pria yang akrab disapa Deddy ini menuturkan Pemda DIY perlu mematangkan konsep recovery tersebut.

Menurutnya, jika destinasi wisata sudah dipulihkan, langkah selanjutnya harus menengok kondisi para kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang ada di DIY.

Setelah itu, elemen dari agen tour dan agen travel juga dilibatkan.

Mana terlebih dahulu pasar yang ingin disentuh, termasuk dari PHRI sendiri harus dilibatkan.

Deddy menganggap, jangan sampai terjadi kesalahan langkah yag justru malah menimbulkan petaka baru.

Misalnya, destinasi wisata sudah siap. Sementara pokdarwis dan agen travel pun siap.

"Tapi hotel dan resto kekurangan modal, jadinya kan tidak berjalan secara berdampingan," katanya saat dikonfirmasi Tribunjogja.com, Minggu (17/5/2020).

Lebih lanjut ia mengatakan, pria yang juga sebagai General Manager (GM) Hotel Ruba Grha ini pun berharap, ada langkah bersama-sama dari seluruh elemen pelaku pariwisata.

BREAKING NEWS : Update Covid-19 DIY 17 Mei 2020, Positif Covid-19 di DIY Bertambah 5 Kasus

Secara tegas ia tidak memungkiri jika pelaku wisata di DIY saat ini butuh Intevensi dari pemerintah.

Sejauh ini pelaku hotel di DIY sudah mendapat keringanan dari tagihan listrik.

Ia berharap hal serupa juga dinikmati para agen tour dan travel di DIY.

Hal itu saja tidak cukup, karena Deddy memprediksikan jika kondisi 498 hotel dan restoran yang tergabung di PHRI mulai sekarat.

Prediksi yang ia buat, kemampuan operasional hotel dan restoran di DIY hanya mampu menopang hingga Juni nanti.

Perhitungan itu berdasarkan survei dari PHRI kepada seluruh anggotanya.

Lalu apakah saat ini waktu yang tepat untuk melakukan recovery? 

Menanggapi hal itu, Deddy menganggap bukan persoalan tepat atau tidaknya.

Akan menjadi bagus jika rencana recovery dilakukan sejak dini.

Cari Menu Hotel & Restoran untuk Buka atau Sahur Puasa, Bisa Klik Link Kuliner Dispar DIY

Jika melihat kondisi saat ini, pelaku wisata sudah tidak bisa lagi berdiam diri. 

Persiapan the new normal harus disegerakan, daripada tidak sama sekali.

Artinya, lanjut dia, bisnis pariwisata harus mulai dipikirkan, serta perlahan dijalankan.

Namun, tetap mematuhi protokol kesehatan yang ditentukan.

"Misalnya bagi wisatawan yang hendak bermalam di hotel harus membawa surat keterangan sehat, menjaga kebersihan di tempat wisata, menyediakan termo gun di destinasi wisata dan hotel. Kalau di PHRI sudah ada memang protokol kesehatannya, saya rasa itu," tegasnya.

Karena jika harus menunggu Covid-19 berakhir, tidak mungkin semua pihak mampu bertahan sementara vaksin untuk Covid-19 masih belum ditemukan.

Ditambah lagi, kekuatan modal pelaku pariwisata di DIY hanya mampu sampai Bulan Juni.

Karena faktanya, memang sudah ada 20 hotel di DIY yang telah dijual.

Ke 20 hotel tersebut, lanjut Deddy, 12 diantaranya hotel bintang empat, sementara delapan sisanya merupakan hotel non bintang.

Terdampak Virus Corona, Okupansi Hotel Bintang di Sleman di Kisaran 7 Persen

Harganya pun beragam menyesuaikan fasilitas yang ada.

Mulai dari harga terendah Rp 3 miliar hingga paling tinggi sampai Rp 1,3 triliun.

Pihak hotel memang sengaja menawarkan hotelnya tersebut untuk di jual di situs jual beli hotel.

Para pelaku usaha tersebut, lanjut Deddy sudah menawarkan hotelnya sejak April lalu.

"Bahkan ada yang sebelum Bulan April sudah ingin menjual, karena itu tadi. Sudah tidak mampu untuk menopang biaya operasionalnya sehari-hari," tegas dia.

Lalu bagaimana sebaiknya langkah recovery yang seharusnya dilakukan?

PHRI sangat setuju jika langkah paling awal adalah rebranding atau perbaikan image.

Harusnya, para pelaku usaha sudah tidak kaget lagi dengan kondisi force maujure seperti sekarang ini, karena semua pelaku usaha wisata sudah pernah mengalami hal serupa saat kejadian merapi dan gempa.

"Minimal itu sudah menjadi bekal kita pelaku usaha wisata. Paling tidak rebranding dulu saja. Bahwa ini loh jogja sudah bersih-bersih, sudah berbenah dan mulai bangkit. Tidak perlu menarik wisatawan terlebih dahulu untuk datang. Minimal mereka tahu dulu yang sedang kita lakukan," urainya.

Hotel Dijadikan Tempat Karantina Corona, PHRI DIY Serahkan Ke Masing-masing Manajemen

Targetkan Wisatawan Domestik Dulu

Terpisah, Ketua Association Of The Indonesian Tour and Travel Agencies (ASITA) DIY Udhi Sudhiyanto juga merespon hal yang sama seperti apa yang disampaikan ketua PHRI.

Pada intinya, pihaknya merespon baik langkah yang diambil pemerintah DIY untuk memulai recovery pasar wisata.

Namun, hal yang lebih urgent lagi, pemda DIY juga perlu memperhatikan kondisi para agensi wisata ini.

Sepanjang masa pandemi ini, ASITA sudah kehilangan wisatawan kurang lebih 1,2 juta wisatawan baik domestik maupun manca negara.

Sementara kondisi di internal ASITA, dari total anggota yang mencapai 162, 40 persen di antaranya sudah tidak beroperasi, sedangkan 37 persen lainnya masih bekerja secara virtual.

"Saya sangat mengapresiasi langkah Pemda DIY artinya ini bentuk kepedulian pemerintah dengan pasar wisata kita," ungkapnya.

Ia mengungkapkan, konsep recovery yang perlu diperhatikan menurutnya pemda harus mampu merespon kebiasaan baru masyarakat atau The New Normal. 

Pemda DIY Matangkan 440 Kamar Hotel untuk Karantina PDP

Tidak menutup kemungkinan jika pola wisatawan ke depan juga harus menyesuaikan hal itu juga.

Penyediaan sarana dan pra sarana (Sarpras) kesehatan harus diperhatikan.

"Covid-19 ini secara langsung membentuk kebiasaan hidup bersih dari masyarakat. Wisatawan nantinya juga otomatis akan mempertimbangkan hal itu," tegasnya.

Pelatihan kepada seluruh pelaku wisata tentang protokol kesehatan juga perlu dilakukan.

Sementara langkah ASITA untuk menyambut recovery ini pun akan mulai disiapkan.

Selama masa pandemi, ASITA juga telah membentuk Gugus Tugas secara internal.

Gugus Tugas tersebut berfungsi melakukan mitigasi keuangan 162 anggotanya.

Mulai dari kondisi financial, operasional, serta tagihan-tagihan lain.

Pemberian modal bagi anggota ASITA sebagai wujud recovery sangat diperlukan.

Dampak Virus Corona : Ribuan Hotel Tutup, Gaji dan THR Karyawan Terancam Tak Bisa Terbayarkan

"Minggu ini kami akan sosialisasi dengan Disnakertrans dan Dispar DIY, untuk membahas keberlangsungan ke depan," ungkapnya.

Sementara pangsa pasar yang harus disentuh untuk memulai pemulihan awal nantinya, ASITA sudah menentukan langkah. 

Diantaranya, para mesin penggerak wisatawan ini baru akan memulai menyentuh wisatawan domestik terlebih dahulu.

"Yang dekat-dekat saja seperti Jakarta dan Surabaya. Kalau pun untuk wisatawan mancanegara kami incar lingkup Asean saja. Kalau untuk Eropa jangan dulu," tegas dia.

Adanya pandemi saat ini juga dimanfaatkan olehnya, para anggota ASITA tetap dituntut kreatif dengan memanfaatkan komunikasi secara virtual.

"Mau tidak mau kami memang harus menyesuaikan digital marketing. Dan ini sudah mulai untuk preparation for tomorrow, untuk menyambut masa depan atau the new normal," pungkasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved