China Mati-matian Pertahankan Laut China Selatan, Ternyata Ini Alasan di Baliknya
Seperti kita ketahui saat ini China menjaga ketat Laut China Selatan dan mengecam siapapun yang berani memasukinya.
Menurut data dari pemerintah AS, Laut China Selatan memiliki potensi ekonomi yang sangat luar biasa.
Laut ini merupakan lalu lintas perdagangan internasional yang bernilai tak kurang dari 5,3 triliun dolar AS setiap tahunnya.
Bayangkan, satu potensi ekonominya saja sudah lebih besar dibanding PDB Indonesia tahun 2019 menurut IMF, yaitu 'hanya' mencapai 3,55 triliun AS.
Selain itu, menurut data Badan Informasi Energi AS, di kawasan ini tersimpan cadangan minyak bumi sebesar 11 miliar barel serta gas alam hingga 190 triliun kaki kubik (setara 57,9 triliun meter kubik).
• Pemkab Bantul Cairkan BST dari Kemensos untuk 18.538 Penerima Manfaat
Sementara cadangan minyak negara penghasil minyak bumi terbesar di dunia (2017) saja, yaitu Venezuela, 'hanya' 300,878 barel.
Serupa dengan cadangan minyak, dalam hal gas alam, jumlah yang terkandung di Natuna mampu mengalahkan posisi Rusia sebagai pemilik cadangan gas alam terbesar di dunia pada 2017 (menurut BP Statistical Review of World Energy 2018) yaitu 'hanya' 33,6 triliun meter kubik.
Tak hanya itu, 90 persen lalu lintas pengangkutan minyak bumi dari Timur Tengah menuju Asia pada 2035 akan melintasi perairan tersebut.
Amerika Serikat ikutan
Sementara tindakan China tersebut juga dikecam oleh Amerika, yang dituduh mengambil keuntungan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.

Bahkan angkatan laut Amerika telah dikirim ke Laut China Selatan dengan mengerahkan dua kapal, untuk berpatroli di Laut China Selatan.
• Hukum dan Tata Cara Membayar Fidyah, Bagi Orang yang Tak Mampu Melaksanakan Puasa Ramadhan
Sementara Laut China Selatan juga diklaim sebagai milik Malaysia, mereka mengklaimnya sebagai kawasan maritim dengan sumber daya yang berharga.
Kapal tempur USS Montgomery milik AS, dikirim untuk melakukan operasi di lautan tersebut.
Langkah itu diambil, setelah laporan mengatakan, China berulang kali mengganggu kapal komersil yang melintas di kawasan tersebut.
Para ahli percaya lautan itu sangat diperebutkan, karena menyimpan cadangan gas dan minyak yang sangat besar.
China sendiri menuduh Amerika melakukan tindakan agresif dalam intervensi ini.