Bantul
Ketika Desa Merangkul Mereka yang Terlantar
Untuk kebutuhan dasar, seperti makan dan alat-alat sekolah anak-anak, sementara akan dicukupkan sampai situasi memungkinkan.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Setelah tiga tahun pergi meninggalkan kampung halaman di Desa Panggungharjo, Wiji Riyanti bersama suami dan dua anaknya, memilih bertahan hidup mandiri.
Awalnya, kehidupan berjalan normal, mereka sempat mengontrak sebuah rumah di wilayah Pajangan Bantul.
Namun seiring pandemi Corona Virus Disease (COVID-19) mulai merebak, keluarga kecil itu kehilangan sumber penghidupan.
Mereka tak mampu membayar sewa rumah.
Jangankan tempat tinggal, sekadar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, kesulitan.
Ditengah situasi yang serba pelik, mereka tidak punya banyak pilihan.
Kecuali memberanikan diri untuk meminta izin, agar diperbolehkan menetap dan tinggal dirumah produksi kerajinan milik sang Juragan--tempat asalnya bekerja.
Letaknya diatas bukit.
• Kisah Relawan Medis COVID-19, Semula Gentar, Kini Pantang Mundur Layani Pasien dengan Layanan Khusus
Hari terus berganti.
Situasi semakin sulit setelah dua bulan, keluarga ini terputus dari sumber penghasilan.
Sebab, kerajinan tempatnya bekerja terkena imbas Corona.
Tidak ada pekerjaan, artinya tidak ada pemasukan sama sekali.
Beruntung, informasi mengenai keberadaan satu keluarga itu terdengar oleh Lurah Desa Panggungharjo, Sewon, Bantul, Wahyudi Anggoro.
Ia merasa prihatin mendengar ada warganya terlantar tiga minggu diatas bukit.
"Saya datangi, kemudian saya jemput mereka. Sekarang sudah berada di rumah singgah desa," kata dia, dihubungi Rabu (29/4/2020)
