Tim Ahli UGM : Patuhi Protokol Kesehatan Atau Jalani Pembatasan Sosial Hingga 2022
Tim Ahli UGM : Patuhi Protokol Kesehatan Atau Jalani Pembatasan Sosial Hingga 2022
Penulis: Miftahul Huda | Editor: Hari Susmayanti
Selain menjalani hidup sehat, pemutusan mata rantai Covid-19 memang mengurangi interaksi.
Andono menganggap, jalan tersebut menjadi hal paling perlu dilakukan supaya mata rantai penyebaran virus bisa dihentikan.
Meski penilitiannya mengatakan jumlah kaus G2 lebih sedikit dari G1 namun, hal tak terduga patut diwaspadai.
"Ada ilmuwan dari Harvard University mengatakan, bahwa untuk benar-benar bisa terbebas kita perlu jalani pembatasan sosial hingga 2022," tegasnya.
Alasannya, ia menjelaskan, seperti halnya seseorang di tempat baru, salah satu harus menyesuaikan dengan kondisi yang baru saja di tempati.
Ia menganggap, hal itu sebagai bentuk membiasakan diri hidup di tengah wabah virus.
"Kecuali kalau kita sudah menemukan vaksin. Sementara untuk membuat vaksin juga tak cukup satu tahun," sambung Andono.
Ia mengangap, di dalam pembatasan sosial, ada reduksi transmisi penularan dari waktu ke waktu selalu ada kasus baru.
Jika siklus itu berjalan dengan baik, seseorang akan mencapai hard imunnity. Jadi, menurutnya sangat mungkin jika akan ada pembatasan sosial yang cukup lama.
"Karena ini bencana yang one time. Bukan seperti DBD yang bisa dibasmi secara sekejap. Adanya vaksin pun harus dipikirkan skala produksinya bagaimana. Untuk itu, kita semua butuh menyesuaikan dengan virus ini entah berapa tahun untuk benar-benar hilang," sambungnya.
Satu hal yang kembali ditekankan, menurutnya menjalani protokol kesehatan secara ikhlas menjadi kunci pencegahan penyebaran Covid-19.
"Karena di Korsel itu mereka jalani PSBB secara sukarela, tanpa ada harus penekanan sanksi dan sebagainya. Komunikasi antara pemerintah dan masyarakat baik," tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Gugus Tuga Covid-19 DIY, Biwara Yuswantana menambahkan, sampai saat ini total pasien salam pengawasan (PDP) mencapai 713.
Sementara jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) di DIY menjadi 3.909.
Dari total 713 PDP menunjukkan, 134 orang di antaranya rawat inap, 533 orang rawat jalan dan selesai pengawasan, dan, 46 orang meninggal.
"Saya imbau masyarakat supaya tetap menjaga hidup sehat. Dan jika terpaksa harus keluar rumah untuk mengenakan masker," pungkasnya. (Tribunjogja/Miftahul Huda)