Ini 5 Pagebluk Terburuk di Dunia, dan Bagaimana Pandemi Itu Akhirnya Berakhir?

Ini 5 Pagebluk Terburuk di Dunia, dan Bagaimana Pandemi Itu Akhirnya Berakhir?

Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Hari Susmayanti
IST
Petugas merawat pasien akibat wabah kolera di ibukota Harare Zimbabwe. 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Planet bumi usianya sudah sangat tua. Peradaban baru setelah masa purba berakhir, berkembang sangat pesat, penduduk makin banyak, diikuti penularan aneka penyakit.

Manusia hidup berdekatan satu sama lain, dan juga dengan hewan. Seringkali sanitasi dan nutrisi buruk, menyediakan tempat subur bagi bakteri, kuman, dan virus.

Munculnya perdagangan luar negeri mempercepat penyebaran bibit penyakit ke segala penjuru dunia melalui kapal-kapal yang menjelajah lautan.

History.com, yang merupakan situs History Channel, memaparkan lima pandemi global terburuk yang dicatat dalam sejarah modern. Lantas, bagaimana pandemik terburuk itu akhirnya terhenti?

1. Wabah Justinian di Konstantinopel

Tiga pandemi paling mematikan dalam sejarah dunia yang tercatat disebabkan bakteri tunggal, Yersinia pestis. Bakteri ini menyebabkan infeksi fatal yang dikenal sebagai wabah pes.

Disebut wabah Justinian karena terjadinya di Konstantinopel, ibukota imperium Byzantium, atau Romawi timur. Konstantinopel kini bernama Istanbul setelah direbut kekaisaran Ottoman pada 1453.

Justinianus adalah kaisar Byzantium yang ternama, seorang pembangun yang hebat. Kota yang dipimpinnya didirikan Konstantin, pendahulunya.

Wabah ini juga kerap disebut tulah Justinianus. Monster itu tiba di Konstantinopel pada 541 Masehi. Diduga berasal dari Mesir, ikut bersama kapal-kapal dagang yang berlabuh di Selat Bosphorus.

Mesir saat itu baru saja ditaklukkan Justinian, dan harus membayar upeti. Kutu di tubuh tikus hitam yang terbawa dari Mesir, membawa bakteri pes.

Tulah itu menghancurkan Konstantinopel, menyebar seperti api ke seluruh Eropa, Asia, Afrika Utara, dan jazirah Arab. Menewaskan sekitar 30 hingga 50 juta orang, mungkin setengah dari populasi dunia saat itu.

"Orang-orang tidak memiliki pemahaman yang nyata tentang bagaimana melawannya selain mencoba menghindari orang sakit," kata Thomas Mockaitis, profesor sejarah di Universitas DePaul.

"Mengenai bagaimana wabah itu berakhir, tebakan terbaik adalah sebagian besar orang dalam pandemic, entah bagaimana bertahan hidup, dan mereka yang selamat akhirnya kebal,” kata Mockaitis.

Jejak Wabah Ada Sejak Masa Prasejarah, Fosil Sangiran 38 Beri Bukti Petunjuk

2. Black Death atau Wabah Kematian Hitam

Tulah atau wabah tidak pernah benar-benar hilang, dan ketika kembali 800 tahun kemudian, wabah itu mencabuti nyawa orang begitu saja.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved