"Jengkar" Masker Canggih Ciptaan Dosen Unsoed, Menyala Saat Lewat di Daerah Berpasien Virus Corona
"Jengkar" Masker Canggih Ciptaan Dosen Unsoed, Menyala Saat Lewat di Daerah Berpasien Virus Corona
Menurut Chen, pihaknya sengaja melakukan ini agar tak ada lagi diskriminasi gender di masyarakat.
Di Taiwan, pemerintah menyediakan masker dengan harga terjangkau. Namun, pembeli tak bisa memilih warna apa yang tersedia.
Kisah tersebut pun terdengar hingga telinga Presiden Taiwan, Tsai Ing Wen. Di media sosialnya, Tsai mengatakan pink adalah warna yang bagus untuk laki-laki maupun perempuan.
Ia juga mendukung para menteri dan pihak berwenang yang mengenakan masker berwarna pink.
“Masker itu digunakan untuk melindungi kita. Sata minta semuanya untuk tidak membatasi piihan berdasarkan stereotip warna. Apapun warnanya, asal bisa melindungimu, itu yang paling cocok,” katanya.
Mengikuti komentar presiden, Menteri Perhubungan dan Komunikasi Lin Chia Lung dan Menteri Pendidikan Pan Wen Chung mengunggah foto mereka menggunakan masker pink.
Unggahan itu juga untuk mendukung pernyataan Menteri Chen.
“Warna itu tidak bergender,” kata Pan di Facebook.
“Selama itu digunakan dengan benar untuk melindungi kita, masker apapun cantik dan pantas,” paparnya.
Tak hanya jajaran menteri, Perdana Menteri Su Tseng Chang juga menggunakan masker pink di muka umum.
Untuk memperkuat argumen mereka, beberapa logo kementerian juga diganti warna pink agar tak ada lagi perundungan berdasarkan warna.
Hingga kini, Taiwan bisa dibilang menjadi salah satu negara yang cukup sukses mengatasi wabah virus corona.
Padahal, mereka bukan termasuk anggota WHO. Akan tetapi, mereka adalah negara yang mau belajar dari pengalaman.
Gerak cepat pemerintah yang disertai kepatuhan warga menjadi kunci utamanya. Selama wabah sindrom pernapasan akut (SARS) pada 2003, Taiwan adalah salah satu wilayah dengan dampak terparah bersama Hong Kong dan China selatan.
Lebih dari 150.000 orang dikarantina di pulau itu, dengan 181 korban meninggal dunia.