Kisah Inspiratif
Kisah Mak Singgang, Tekun Jualan Makanan Keliling Sejak Tahun 1982
Dari hasilnya berjualan, ia dapat menyisihkan sedikit tabungan untuk membantu suaminya menguatkan perekonomian keluarga.
Penulis: Irvan Riyadi | Editor: Gaya Lufityanti
Melihat kawasan sekitarnya mulai ramai oleh kalangan mahasiswa, ia memutuskan untuk mengutamakan makanan dibandingkan jamu, sebagai isi keranjang gendongnya waktu itu.
Beberapa tahun keliling berjalan kaki, ia kemudian memutuskan untuk menggunakan sepeda onthel sebagai kendaraannya, di tahun 1989.
“Menikah tahun 1988, setahun setelahnya (1989), baru naik sepeda,” tuturnya.
Memilih mengunakan sepeda onthel, selain untuk lebih efektif berdagang, pertimbangan kesehatannya yang kala itu sedang mengandung anak pertama, juga menjadi pertimbangan.
Sebagai pedagang, tentu ada harapan mendapatkan keuntungan sebagai hasil dari upaya yang dilakoni.
Tidak besar, namun baginya, selalu bisa disyukuri.
Dari hasilnya berjualan pula, ia dapat menyisihkan sedikit tabungan untuk membantu suaminya menguatkan perekonomian keluarga, untuk menyekolahkan dua anaknya, hingga ke bangku kuliah.
“Dagang kayak gini, ya tidak boleh nyari untung besar, yang penting laris saja,” tegasnya.
Dua kali sehari ia berkeliling, pagi hingga siang, dan malam hari hingga larut menjelang.
Kehadirannya, selalu dinantikan oleh pelanggan setia, khususnya dari kalangan mahasiswa rantau.
• Inspiratif, Anak Pedagang Arum Manis dan Sopir Jadi Siswa Terbaik SPN Polda DIY
Ia nampaknya cukup faham latar belakang kalangan yang menjadi pelanggannya.
Sehingga, tidak jarang, bahkan sangat sering, ia membolehkan pelanggannya untuk berutang padanya.
Baginya, melakukan hal seperti itu memberi kebahagiaan tersendiri.
Sekalipun diakuinya, jika keadaan ekonominya juga tidaklah lebih.
“Ya namanya anak-anak sekolah (kuliah), jauh dari rumah, uang ya pasti sering kurang, mesakne (kasihan) kalau sampai lapar. Sama mamak, makan aja dulu, nanti pas ada uang baru bayar,” tuturnya.